Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ekspedisi Cincin Api Berakhir di Danau Matano

Kompas.com - 10/08/2012, 17:43 WIB
Ahmad Arif

Penulis

LUWU TIMUR, KOMPAS.com- Matano, danau terdalam di Indonesia, menjadi akhir dari rangkaian perjalanan Tim Ekspedisi Cincin Api Kompas. Seiring dengan merapatnya perahu ke dermaga Danau Matano, Luwu Timur, Sulawesi Selatan, Jumat (10/8/2012) siang, perjalanan jurnalistik selama satu tahun pun berakhir.

Langit di atas Danau Matano bersaput awan. Angin berhembus pelan. Air danau berkedalaman 600 meter atau 200 meter lebih dalam dari permukaan air laut ini sebening kaca. Danau yang dihuni ikan endemis purba, buttini, menjadi saksi gejolak geologi hiperaktif yang membentuk Pulau Sulawesi di masa silam.

Sulawesi tersusun dari pecahan beberapa lempeng benua yang bertumbukan, yaitu Australia, Eurasia, dan Pasifik, serta beberapa lempeng mikro. Tumbukan lempeng inilah yang membentuk sesar Palu-Koro, di mana salah satu ruas rekahannya kemudian terisi air dan terbentuklah Danau Matano.

Satu tahun Ekspedisi Cincin Api Kompas merupakan peliputan untuk mendokumentasikan Nusantara dari perspektif lain. Selama ini Nusantara lebih kerap digambarkan sebagai zamrud katulistiwa yang diberkahi kesuburan tanah. Tim ekspedisi berupaya menampilkan ancaman bencana akibat posisi kepulauan kita yang berada di zona tumbukan tiga lempeng benua.

Selama setahun tim ekspedisi mendokumentasikan gunung-gunung api yang telah membentuk bentang alam dan budaya masyarakat Nusantara, namun juga kerap mengirim petaka. Tim juga melacak jejak gempa dan tsunami di masa lalu serta ancamannya di masa datang.

Tak hanya soal bencana, tim ekspedisi juga mencatat tentang keragaman flora dan fauna yang tercipta dari dinamika geologi di masa lalu. Perjalanan dimulai dengan mendaki Gunung Tambora di Sumbawa, dilanjutkan ke Kaldera Toba di Sumatera Utara, lalu disusul dengan menyelam di kompleks pulau gunung api Krakatau.

Berikutnya, tim mendaki Gunung Rinjani di Lombok dan Gunung Agung di Bali. Gunung-gunung api yang berderet di sepanjang Pulau Jawa juga telah didaki, disusul perjalanan menyusuri jalur patahan "raksasa" Sumatera dari Lampung hingga Aceh.

Tim juga menyusuri jejak tsunami 1907 di Pulau Simeulue yang melahirkan tradisi "smong". Tradisi ini menyelamatkan masyarakat Simeulue dari petaka tsunami tahun 2004.

Berikutnya, perjalanan dilanjutkan ke Flores untuk melacak jejak kehidupan purba di Flores yang terkubur letusan gunung-gunung api di masa lalu.

Perjalanan kemudian mencapai Kepulauan Maluku dan Maluku Utara, sebelum kemudian berakhir di Sulawesi. Edisi terakhir Ekspedisi Cincin Api tentang biogeografi Sulawesi akan dimuat di Kompas mulai tanggal 29 Agustus 2012.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Tinggalkan KPK, Dirut Nonaktif PT Taspen Irit Bicara Sembari Bawa Sate

    Tinggalkan KPK, Dirut Nonaktif PT Taspen Irit Bicara Sembari Bawa Sate

    Nasional
    Tanggal 10 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

    Tanggal 10 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

    Nasional
    Usul Prabowo Tambah Kementerian Diharap Bukan Politik Akomodatif

    Usul Prabowo Tambah Kementerian Diharap Bukan Politik Akomodatif

    Nasional
    Pakar Ungkap 'Gerilya' Wacana Tambah Kementerian Cukup Gencar

    Pakar Ungkap "Gerilya" Wacana Tambah Kementerian Cukup Gencar

    Nasional
    Daftar Kepala BIN dari Masa ke Masa, Zulkifli Lubis hingga Budi Gunawan

    Daftar Kepala BIN dari Masa ke Masa, Zulkifli Lubis hingga Budi Gunawan

    Nasional
    Gelar Halalbihalal, MUI Gaungkan Pesan Kemanusiaan untuk Korban Genosida di Gaza

    Gelar Halalbihalal, MUI Gaungkan Pesan Kemanusiaan untuk Korban Genosida di Gaza

    Nasional
    Perjalanan BIN 6 Kali Berganti Nama, dari Brani hingga Bakin

    Perjalanan BIN 6 Kali Berganti Nama, dari Brani hingga Bakin

    Nasional
    'Prabowo Banyak Dikritik jika Tambah Kementerian, Baiknya Jaga Kebatinan Rakyat yang Sedang Sulit'

    "Prabowo Banyak Dikritik jika Tambah Kementerian, Baiknya Jaga Kebatinan Rakyat yang Sedang Sulit"

    Nasional
    Pengamat Nilai Putusan MK Terkait Sengketa Pilpres Jadi Motivasi Kandidat Pilkada Berbuat Curang

    Pengamat Nilai Putusan MK Terkait Sengketa Pilpres Jadi Motivasi Kandidat Pilkada Berbuat Curang

    Nasional
    PPP Papua Tengah Klaim Pegang Bukti Kehilangan 190.000 Suara pada Pileg 2024

    PPP Papua Tengah Klaim Pegang Bukti Kehilangan 190.000 Suara pada Pileg 2024

    Nasional
    Koarmada II Kerahkan 9 Kapal Perang untuk Latihan Operasi Laut Gabungan 2024, Termasuk KRI Alugoro

    Koarmada II Kerahkan 9 Kapal Perang untuk Latihan Operasi Laut Gabungan 2024, Termasuk KRI Alugoro

    Nasional
    Kandidat Versus Kotak Kosong pada Pilkada 2024 Diperkirakan Bertambah

    Kandidat Versus Kotak Kosong pada Pilkada 2024 Diperkirakan Bertambah

    Nasional
    Rencana Prabowo Bentuk 41 Kementerian Dinilai Pemborosan Uang Negara

    Rencana Prabowo Bentuk 41 Kementerian Dinilai Pemborosan Uang Negara

    Nasional
    Di MIKTA Speakers’ Consultation Ke-10, Puan Suarakan Urgensi Gencatan Senjata di Gaza

    Di MIKTA Speakers’ Consultation Ke-10, Puan Suarakan Urgensi Gencatan Senjata di Gaza

    Nasional
    KPK Sebut Kasus Gus Muhdlor Lambat Karena OTT Tidak Sempurna

    KPK Sebut Kasus Gus Muhdlor Lambat Karena OTT Tidak Sempurna

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com