Namun, kata dia, kita tidak bisa mengharapkan parpol dan politisi sadar akan hal tersebut. Publik yang harus mendesak parpol dan politisi berubah menjadi politisi yang memiliki sikap, komitmen, dan visi yang jelas tentang masyarakat dan bangsa.
Eva Kusuma Sundari, anggota DPR dari Fraksi PDI-P, mengakui, saat ini banyak politisi yang menjauhi jalan ideologi dan program. Pasalnya, jalan tersebut tidak menoleransi praktik tidak terpuji seperti kolusi, korupsi, dan nepotisme.
”Sebenarnya juga masih ada politisi yang berusaha dengan tekun meniti jalan ideologi dan program. Namun, mereka kurang banyak diekspos,” kata Eva.
Wakil Ketua MPR Lukman Hakim Saifuddin menambahkan, masih banyak rakyat yang tidak mau terjebak dalam pragmatisme politik. Bahkan, ada rakyat yang rela ikut membiayai program-program parpol. ”Pernyataan bahwa tidak ada ideologi ketika rakyat lapar amat melecehkan penduduk di daerah,” kata dia.
Menurut Ketua DPP Partai Amanat Nasional Bima Arya Sugiarto dan politisi PDI-P, Firman Jaya Daeli, secara terpisah, perlu reformasi internal parpol. Hal ini dilakukan dengan mengembangkan ideologi prorakyat, memperbaiki proses kaderisasi, dan membenahi organisasi menjadi lebih modern.(fer/lok/nwo/iam)