Namun, intervensi dollar AS ke pasar uang tak menambah pasokan dollar AS di perbankan. Pasalnya, eksportir yang memegang dollar AS enggan menukarnya dengan rupiah. Pasokan dollar AS berkurang karena impor lebih besar dari ekspor. Sementara pasokan dollar AS ke instrumen pasar modal mengering akibat aliran modal ke dollar AS. Apalagi, tabungan dollar AS juga melonjak.
Bank-bank pun terancam melanggar aturan posisi devisa neto, yakni larangan menyimpan valuta asing melebihi 20 persen modalnya. Aturan ini mendorong bank yang kelebihan dollar AS menyimpan dollar AS-nya di luar negeri meskipun bunga yang diterima sangat kecil, yakni 0,15 persen. Padahal, suku bunga simpanan untuk tabungan dollar AS dalam negeri mencapai 1,7 persen.
Pelemahan rupiah yang terjadi sejak awal tahun lalu sampai 4,19 persen diduga akibat kesenjangan antara pasokan dollar AS dan permintaan dollar AS yang lebih tinggi. Pemilik dollar AS banyak menahan karena khawatir mereka tak kebagian dollar AS di bulan mendatang.
Pengamat ekonomi, A Prasetyantoko, mengatakan,