Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Suriah dalam Perang Saudara

Kompas.com - 14/06/2012, 04:10 WIB

damaskus, rabu - Suriah kini telah terjebak dalam perang saudara dengan skala penuh. Perang antara oposisi dan pasukan loyalis rezim Presiden Bashar al-Assad telah meningkat tajam. Korban tewas dalam pergolakan itu berjatuhan setiap hari, membuat situasi makin tidak pasti di seluruh negeri.

Kepala Pasukan Penjaga Perdamaian PBB Herve Ladsous, Rabu (13/6), mengungkapkan, Suriah kini terseret ke dalam medan perang saudara secara penuh. ”Ya, saya pikir kita dapat mengatakan begitu,” kata Ladsous, saat ditanya apakah dia yakin perang saudara sudah terjadi di Suriah.

Menurut Ladsous, rezim telah kehilangan banyak wilayah dan kota karena berhasil dikuasai oposisi. Pasukan Damaskus berusaha merebutnya kembali. ”Saya pikir telah terjadi peningkatan skala kekerasan secara masif dan kemungkinan akan terjadi sejumlah perubahan nyata di sana,” ujar Ladsous.

Komentar Ladsous itu muncul saat Amerika Serikat menuding Rusia telah mengirimkan helikopter perang kepada angkatan bersenjata rezim Suriah di Damaskus. Ini juga merupakan pernyataan lisan pertama seorang pejabat PBB, yang disampaikan terbuka menyangkut perang saudara di Suriah.

Di saat rencana perdamaian utusan khusus Perserikatan Bangsa-Bangsa dan Liga Arab, Kofi Annan, belum berjalan, atau dapat dikatakan gagal, PBB dan DK PBB sedang mempelajari ”berbagai pilihan” pada masa depan, kata Ladsous. Elemen sentral adalah apakah dialog politik dapat dimulai lagi.

Sebelum Ladsous mengungkapkan pernyataan terbukanya itu, Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon pekan lalu menegaskan, Suriah sudah berada di ambang perang saudara. Sebagian anggota DK PBB, seperti AS dan Perancis, menginginkan tindakan keras terhadap rezim Assad, tapi ditentang Rusia dan China.

Meningkat

Pertempuran antara oposisi dan rezim meningkat sejak terjadi pembunuhan massal pada 25 Mei lalu di Houla. Insiden serupa kemudian terjadi di Hama dan Al-Kubeir. Bahkan, pembantaian yang juga menyasar ratusan anak dan perempuan juga berulang di beberapa kota lain.

Tidak ada yang mau bertanggung jawab atas insiden pembantaian massal. Oposisi menuding pasukan rezim Assad, sedangkan Damaskus membantah tudingan itu dengan mengatakan pelaku pembantaian adalah kelompok ”teroris” yang harus diperangi.

Kekerasan demi kekerasan yang merenggut nyawa puluhan dan bahkan ratusan warga terjadi setiap hari. Seperti dilaporkan Pemantau Hak Asasi Manusia Suriah (SHOR), setidaknya 80 orang tewas akibat kekerasan senjata di seluruh negeri pada hari Selasa. Lembaga HAM di Beirut menyebutkan, lebih dari 72 orang tewas.

Hari-hari sebelumnya, puluhan hingga ratusan orang tewas di seluruh Suriah. Selain PBB, China juga mengatakan situasi di Suriah mencapai ”titik kritis” dan menyatakan ”sangat prihatin”.

Sebelumnya, Radhita Coomaraswamy, utusan khusus PBB, juga menegaskan rezim Suriah telah melibatkan anak-anak ke dalam konflik senjata. Anak-anak telah dijadikan tameng hidup dalam menghadapi oposisi.

Hingga kini, negara-negara kuat di dunia masih meraba-raba cara penyelesaian krisis Suriah. Mereka masih berdebat antara pendekatan militer dan dialog. Meski sudah lebih dari 14.000 orang tewas sejak pecah aksi prodemokrasi pada Maret 2011, belum ada sikap tegas dari PBB.

Sikap itu berbeda jauh ketika Perancis dan Inggris memelopori aksi militer terhadap rezim orang kuat Libya, Moammar Khadafy, tahun lalu. Namun, Kepala Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) Anders Fogh Rasmussen, hari Rabu, menegaskan, aksi militer, seperti yang melibatkan aliansi negara Barat di Libya pada 2011, bukan cara yang benar.

Rezim Assad, di Damaskus, hari Rabu, juga menegaskan tidak ada perang saudara di Suriah saat ini. Pertempuran yang terjadi di beberapa kota belakangan ini memang gencar dilakukan, namun yang terjadi adalah pertempuran untuk memberangus komplotan teroris.

”Mengatakan ada perang saudara di Suriah itu tak sesuai kenyataan. Apa yang terjadi adalah perang melawan kelompok teroris bersenjata,” kata Kementerian Luar Negeri Suriah.

(AFP/AP/REUTERS/CAL)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com