Di Kota Jayapura dalam 15 hari terakhir terjadi tiga kali penembakan dan satu pembakaran mobil. Peristiwa pertama terjadi pada Rabu (23/5) ketika warga menemukan sebuah kendaraan dibakar di Waena dan di dalamnya ditemukan sesosok mayat. Diduga mayat tersebut dibunuh sebelum kendaraan itu dibakar.
Pada Selasa (29/5) siang, seorang warga Jerman, Dietma Pieper, ditembak orang tak dikenal saat berekreasi di Pantai Base G, Jayapura. Lalu, penembakan terhadap Gilbert Febrian Madika, siswa SMA, pada Senin (4/6).
Koordinator Jaringan Damai Papua Neles Tebai mengatakan, teror dan aneka bentuk kekerasan bersenjata di Papua dipicu percikan-percikan persoalan dasar Papua yang hingga kini belum dituntaskan. Aneka persoalan itu membuat relasi Jakarta-Papua tidak harmonis.
Konflik di Wamena jadi cermin aktual atas relasi yang buruk itu. ”Dan siapa saja bisa masuk serta bermain di situ, bisa juga menggunakan orang Papua,” kata Neles Tebai.
Dialog, menurut dia, merupakan jalan damai untuk mengakhiri semua bentuk kekerasan. ”Presiden perlu membentuk tim guna menyiapkan hal itu,” ujarnya.
Peneliti LIPI, Muridan S Widjojo, menegaskan, polisi harus mampu mengungkap tuntas teror dan kekerasan itu untuk menjamin wibawa negara serta menunjukkan polisi mampu menjaga keamanan dan ketertiban sipil. ”Jangan sampai legitimasi dan kredibilitas pemerintah dihancurkan di Papua,” ujarnya.
Kapolresta Jayapura Ajun Komisaris Besar Alfred Papare mengaku tengah berupaya menuntaskan berbagai kasus kekerasan dan teror di kota itu. Polisi bertekad mengembalikan rasa aman bagi warga. ”Polisi telah membentuk tim khusus menyidik kasus itu, selain memperkuat patroli,” ujar Alfred