Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hasil Survei, JK Unggul dari Ical

Kompas.com - 06/06/2012, 17:43 WIB
Maria Natalia

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla mendapat dukungan paling tinggi sebagai calon presiden untuk Pemilu 2014 dibanding Aburizal Bakrie. Dari hasil survei Soegeng Sarjadi Syndicate (SSS) disebutkan, dukungan untuk Kalla dari 163 kabupaten kota di 33 provinsi sebesar 14,9 persen, sedangkan Aburizal Bakrie hanya 10,6 persen.

"Alasan pemilihan capres ini bisa karena berbagai alasan. Bisa karena masyarakat melihat capres empati pada kondisi rakyat, progresif, integritas dan sederhana. Responden juga melihat, apa capres tersebut menumbukan optimisme dan pro HAM atau tidak," kata koordinator SSS Muhammad Dahlan saat memaparkan hasil survei di Jakarta Selatan, Rabu (6/6/2012).

Tak hanya itu, dari survei ini juga menyebutkan nama Kalla unggul di beberapa pulau di Indonesia, dibanding Aburizal yang akrab disapa Ical. Di Sulawesi, Kalla mendapat dukungan sekitar 45,1 persen. Di bawahnya ada Prabowo Subianto 25,9 persen dan Megawati 6,8 persen. Tak ada nama Ical dalam alternatif nama capres di Sulawesi.

Nama Ketua Umum Partai Golkar itu ada pada dukungan masyarakat di wilayah Kalimantan. Namun, Ical berada di urutan ketiga dengan dukungan 15,5 persen. Di urutan kedua ada Kalla dengan dukungan sebesar 16,3 persen, sementara dukungan tertinggi ada pada Prabowo Subianto dengan jumlah 20,2 persen.

"Di Pulau Jawa sendiri, dukungan paling banyak untuk Prabowo dan Megawati. Keduanya juga kuat di pulau Sumatera, Bali dan Nusa Tenggara Timur dan Nusa Tenggara Barat. Sementara Prabowo dan Jusuf Kalla kuat di Kalimantan Sulawesi, Maluku dan Papua," sambung Dahlan.

Perbedaan dukungan terhadap dua tokoh senior di Golkar ini mengundang tanda tanya dari Pengamat Politik J Kristiadi. Menurutnya, Aburizal telah dikukuhkan sebagai satu-satunya capres dari Golkar. Namun, di tengah publik, namanya ternyata tak cukup populer dibanding Kalla.

"Ini menunjukkan betapa elektabilitas dia (Ical) rendah tapi masih mencalonkan diri sebagai presiden. Dari dulu survei kami juga memang pak JK lebih tinggi. Ini jadi suatu misteri. Hanya saja kita tidak tahu, Juli nanti masih akan sama atau sudah berubah jumlah dukungan pada keduanya," kata Kristiadi dalam diskusi usai pemaparan survei SSS.

Menurutnya, hasil survei ini juga bisa menjadi bahan pertimbangan Partai Golkar ke depan untuk menentukan Capres di Pilpres 2014 nanti. Jangan sampai, kata dia, pencalonan Ical terkesan dipaksakan. "Mereka bisa membaca situasi politik saat ini, dengan demikian, hasil survei dari beberapa tempat bisa dilihat kembali," tandasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Cuaca di Arab Sangat Panas, Ma'ruf Amin: Jangan Sampai Jemaah Haji Meninggal Kepanasan

    Cuaca di Arab Sangat Panas, Ma'ruf Amin: Jangan Sampai Jemaah Haji Meninggal Kepanasan

    Nasional
    Prabowo Diminta Hindari Kepentingan Bagi-bagi Kursi, Jika Tambah Jumlah Kementerian

    Prabowo Diminta Hindari Kepentingan Bagi-bagi Kursi, Jika Tambah Jumlah Kementerian

    Nasional
    Ada Wacana Duet dengan Ahok di Pilkada DKI, Anies: Memutuskan Saja Belum

    Ada Wacana Duet dengan Ahok di Pilkada DKI, Anies: Memutuskan Saja Belum

    Nasional
    Anies Ingin Memastikan Pilkada Berjalan Jujur dan Bebas Intervensi Sebelum Tentukan Langkah

    Anies Ingin Memastikan Pilkada Berjalan Jujur dan Bebas Intervensi Sebelum Tentukan Langkah

    Nasional
    Kegiatan Ibadah Mahasiswa di Tangsel Dibubarkan Warga, Menko Polhukam Minta Saling Menghormati

    Kegiatan Ibadah Mahasiswa di Tangsel Dibubarkan Warga, Menko Polhukam Minta Saling Menghormati

    Nasional
    JK: Pelanggar UU Lebih Tidak Boleh Masuk Pemerintahan Ketimbang Orang 'Toxic'

    JK: Pelanggar UU Lebih Tidak Boleh Masuk Pemerintahan Ketimbang Orang "Toxic"

    Nasional
    Tanggapi Luhut soal Orang 'Toxic', Anies: Saya Hindari Diksi Merendahkan atas Perbedaan Pandangan

    Tanggapi Luhut soal Orang "Toxic", Anies: Saya Hindari Diksi Merendahkan atas Perbedaan Pandangan

    Nasional
    Profil Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor, Dulu Antikorupsi, Kini Ditahan KPK

    Profil Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor, Dulu Antikorupsi, Kini Ditahan KPK

    Nasional
    Buru WN Nigeria di Kasus Email Bisnis Palsu, Bareskrim Kirim 'Red Notice' ke Interpol

    Buru WN Nigeria di Kasus Email Bisnis Palsu, Bareskrim Kirim "Red Notice" ke Interpol

    Nasional
    Sama Seperti Ganjar, Anies Berencana Berada di Luar Pemerintahan

    Sama Seperti Ganjar, Anies Berencana Berada di Luar Pemerintahan

    Nasional
    Anggap 'Presidential Club' Prabowo Positif, Jusuf Kalla: di Seluruh Dunia Ada

    Anggap "Presidential Club" Prabowo Positif, Jusuf Kalla: di Seluruh Dunia Ada

    Nasional
    Dituntut 1 Tahun Penjara Kasus Pencemaran Nama Ahmad Sahroni, Adam Deni Ajukan Keberatan

    Dituntut 1 Tahun Penjara Kasus Pencemaran Nama Ahmad Sahroni, Adam Deni Ajukan Keberatan

    Nasional
    Anies Mengaku Belum Bicara Lebih Lanjut Terkait Pilkada DKI Jakarta dengan Surya Paloh

    Anies Mengaku Belum Bicara Lebih Lanjut Terkait Pilkada DKI Jakarta dengan Surya Paloh

    Nasional
    KPK Tahan Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor

    KPK Tahan Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor

    Nasional
    Prabowo Tak Perlu Paksakan Semua Presiden Terlibat 'Presidential Club'

    Prabowo Tak Perlu Paksakan Semua Presiden Terlibat "Presidential Club"

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com