Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

DPR Lembaga Paling Korup, Berikutnya Kantor Pajak dan Kepolisian

Kompas.com - 06/06/2012, 17:30 WIB
Maria Natalia

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com- Hasil survei Soegeng Sarjadi Syndicate (SSS) mengungkapkan, Dewan Perwakilan Rakyat RI (DPR) dianggap lembaga paling korup oleh 47 persen dari 2.192 responden. Survei ini dilakukan di 163 kabupaten kota di 33 provinsi. Sementara itu, di bawah DPR ada kantor pajak yang dinilai 21,4 paling korup. Urutan berikutnya adalah, kepolisian yang dipilih oleh 11,3 persen responden.

"Partai politik juga dianggap korup oleh 3,9 persen responden, Kejaksaan Agung sebesar 3,6 persen, layanan birokrasi, sebesar 3,1 persen. Di sisi lain lembaga Kehakiman juga dianggap korup oleh 2,6 persen, Bank Indonesia sebesar 1, 2 persen dan MK 1 persen," kata koordinator SSS, Muhammad Dahlan di Jakarta, Rabu (6/6/2012).

Sementara itu sejumlah lembaga yang memiliki persentase rendah korupsi adalah Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) yaitu 0,9 persen, Dewan Perwakilan Daerah (DPD) sebesar 0,6 persen, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) 0,5 persen, Kepresiden 0,2 persen, Mahkamah Agung 0,2 persen, dan TNI 0,1 persen.

"Yang tidak menjawab soal ini ada 2,3 persen," sambungnya.

Masih dengan hasil survei tentang anggota dewan, Dahlan menyatakan, kebanyakan responden juga menyebut anggota Dewan hanya masuk ke Senayan untuk mencari nafkah semata.

Dari 2.912 responden itu, 62,4 persen menyebut demikian. "Yang menyebut bahwa DPR menjalankan tugas sebagai wakil rakyat hanya 21,3 persen. Yang menjawab tidak tahu 15,6 persen dan tidak menjawab pertanyaan ini 0,8 persen," jelasnya.

Akibat perilaku sebagian anggota dewan yang hanya mencari nafkah dan korup, maka kata dia, sebagian responden tidak menganggap gedung DPR sebagai tempat wakil rakyat berkumpul. Dari survei ini, kata dia, 52,6 persen responden menganggap DPR hanya sebagai tempat berkumpulnya orang partai. Sementara hanya 29,1 persen menganggap DPR sebagai tempat kumpul wakil rakyat.

"Yang menjawab tidak tahu 17,8 persen dan tidak menjawab pertanyaan ini, 0,5 persen," jelasnya.

Menanggapi hal itu, Pengamat politik, J Kristiadi mengaku tak heran lagi. Ini kata dia, sudah menjadi tradisi yang sulit dipungkiri. DPR, kata dia, harus berbenah diri, jika ingin mendapat kepercayaan lagi dari masyarakat. "Saya kira sudah disebutkan di bukunya Jafar Hafsah, dia mengatakan bagaimana medan politik kotor, bagaimana politisi dan anggota DPR hanya mencari duit. Buku Benny K Harman juga mengatakan ini sudah menjadi Dunia Mafia dan Republik Koruptor. Kurang gila apalagi coba," kata Kristiadi dengan nada bertanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Panja Revisi UU Penyiaran Sebut Tak Ada Tendensi Membungkam Pers, RUU Belum Final

Panja Revisi UU Penyiaran Sebut Tak Ada Tendensi Membungkam Pers, RUU Belum Final

Nasional
Purnawirawan TNI AL Ketahuan Pakai Pelat Dinas Palsu di Bandara Soekarno-Hatta

Purnawirawan TNI AL Ketahuan Pakai Pelat Dinas Palsu di Bandara Soekarno-Hatta

Nasional
4 Terdakwa Kasus Pembangunan Gereja Kingmi Mile Jalani Sidang Tuntutan

4 Terdakwa Kasus Pembangunan Gereja Kingmi Mile Jalani Sidang Tuntutan

Nasional
KPK Ajukan Kasasi dalam Kasus Advokat Stefanus Roy Rening

KPK Ajukan Kasasi dalam Kasus Advokat Stefanus Roy Rening

Nasional
Ubah Pernyataan, Ketua KPU Kini Sebut Caleg Terpilih Harus Mundur jika Maju Pilkada

Ubah Pernyataan, Ketua KPU Kini Sebut Caleg Terpilih Harus Mundur jika Maju Pilkada

Nasional
Revisi UU MK Dinilai Cenderung Jadi Alat Sandera Kepentingan, Misalnya Menambah Kementerian

Revisi UU MK Dinilai Cenderung Jadi Alat Sandera Kepentingan, Misalnya Menambah Kementerian

Nasional
Didampingi Gibran, Prabowo Bertolak ke Qatar Usai Temui Presiden MBZ di UEA

Didampingi Gibran, Prabowo Bertolak ke Qatar Usai Temui Presiden MBZ di UEA

Nasional
Grace Natalie Bertemu Jokowi, Diberi Tugas Baru di Pemerintahan

Grace Natalie Bertemu Jokowi, Diberi Tugas Baru di Pemerintahan

Nasional
Anggap Hukuman Terlalu Ringan, KPK Banding Putusan Sekretaris MA Hasbi Hasan

Anggap Hukuman Terlalu Ringan, KPK Banding Putusan Sekretaris MA Hasbi Hasan

Nasional
Masuk Prolegnas Prioritas Tak Bisa Jadi Dalih DPR Diam-diam Revisi UU MK

Masuk Prolegnas Prioritas Tak Bisa Jadi Dalih DPR Diam-diam Revisi UU MK

Nasional
Diam-diam Revisi UU MK, DPR Dianggap Kangkangi Aturan

Diam-diam Revisi UU MK, DPR Dianggap Kangkangi Aturan

Nasional
Ketua BPK Bungkam Ditanya soal Dugaan Auditor Minta Rp 12 Miliar ke Kementan

Ketua BPK Bungkam Ditanya soal Dugaan Auditor Minta Rp 12 Miliar ke Kementan

Nasional
7 Anggota LPSK 2024-2029 Ucapkan Sumpah di Hadapan Jokowi

7 Anggota LPSK 2024-2029 Ucapkan Sumpah di Hadapan Jokowi

Nasional
Komentari RUU Penyiaran, Mahfud: Keblinger, Masak Media Tak Boleh Investigasi?

Komentari RUU Penyiaran, Mahfud: Keblinger, Masak Media Tak Boleh Investigasi?

Nasional
Modifikasi Cuaca Akan Dilakukan untuk Kurangi Intensitas Hujan di Sumbar

Modifikasi Cuaca Akan Dilakukan untuk Kurangi Intensitas Hujan di Sumbar

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com