Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Polisi Jangan Sepelekan Penyimpangan Pelat Nomor TNI

Kompas.com - 30/05/2012, 14:43 WIB
Sandro Gatra

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Kepolisian diminta tidak menganggap sepele penyimpangan penggunaan pelat nomor kendaraan milik Tentara Nasional Indonesia oleh sipil. Kepolisian didesak menertibkan seluruh penggunaan pelat itu dengan melibatkan TNI.

Ketua Presidium Indonesia Police Watch Neta S Pane mengatakan, penyalahgunaan pelat nomor TNI tak hanya terjadi di kota sekitar Jakarta,  tetapi juga terjadi di daerah. Pelat nomor TNI itu, kata dia, biasanya digunakan oleh para pengusaha.

"Untuk itu, Polri harus serius menertibkannya dengan menugaskan Polantas dan Resmob. Tentunya harus didukung penuh TNI," kata Neta di Jakarta, Rabu (30/5/2012).

Masyarakat yang menggunakan pelat nomor TNI, kata Neta, bisa dijerat Pasal 280 Undang-Undang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan serta Pasal 263 Ayat 2 jo Pasal 169 Ayat 2 KUHP tentang pemalsuan identitas atau dokumen negara dengan ancaman delapan tahun penjara.

"Polri dan TNI jangan menganggap kasus ini sepele seperti menyepelekan pemalsuan nomor polisi di kendaraan Anas Urbaningrum. Siapa pun pelakunya harus ditangkap dan ditahan. Memalsukan pelat nomor TNI adalah pelecehan terhadap institusi TNI," tutur Neta.

Ketua Komisi I DPR Mahfudz Siddiq mengatakan, pihak TNI harus menghentikan segala praktik penyimpangan penggunaan pelat TNI. "Tidak boleh lagi dengan alasan apapun memakai plat nomor pinjaman," kata dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanggapi Isu 'Presidential Club', PDI-P: Terlembaga atau Ajang Kongko?

Tanggapi Isu "Presidential Club", PDI-P: Terlembaga atau Ajang Kongko?

Nasional
Cak Imin Sebut PKB Jaring Calon Kepala Daerah dengan 3 Kriteria

Cak Imin Sebut PKB Jaring Calon Kepala Daerah dengan 3 Kriteria

Nasional
Golkar: 'Presidential Club' Bisa Permudah Prabowo Jalankan Pemerintahan

Golkar: "Presidential Club" Bisa Permudah Prabowo Jalankan Pemerintahan

Nasional
Jokowi Diprediksi Gandeng Prabowo Buat Tebar Pengaruh di Pilkada 2024

Jokowi Diprediksi Gandeng Prabowo Buat Tebar Pengaruh di Pilkada 2024

Nasional
Kans Parpol Pro Prabowo-Gibran Dengarkan Jokowi Tergantung Relasi

Kans Parpol Pro Prabowo-Gibran Dengarkan Jokowi Tergantung Relasi

Nasional
Demokrat Yakin Jokowi-Megawati Bisa Bersatu di 'Presidential Club'

Demokrat Yakin Jokowi-Megawati Bisa Bersatu di "Presidential Club"

Nasional
Sebut SBY Setuju Prabowo Bentuk 'Presidential Club', Demokrat: Seperti yang AS Lakukan

Sebut SBY Setuju Prabowo Bentuk "Presidential Club", Demokrat: Seperti yang AS Lakukan

Nasional
Jokowi Diperkirakan Bakal Gunakan Pengaruhnya di Pilkada Serentak 2024

Jokowi Diperkirakan Bakal Gunakan Pengaruhnya di Pilkada Serentak 2024

Nasional
Soal Kemungkinan Gabung Koalisi Prabowo, Cak Imin: Kita Lihat pada 20 Oktober

Soal Kemungkinan Gabung Koalisi Prabowo, Cak Imin: Kita Lihat pada 20 Oktober

Nasional
Kementerian PPPA Akan Dampingi Anak Korban Mutilasi di Ciamis

Kementerian PPPA Akan Dampingi Anak Korban Mutilasi di Ciamis

Nasional
'Orang Toxic Jangan Masuk Pemerintahan, Bahaya'

"Orang Toxic Jangan Masuk Pemerintahan, Bahaya"

Nasional
Prabowo Perlu Waktu untuk Bertemu, PKS Ingatkan Silaturahmi Politik Penting bagi Demokrasi

Prabowo Perlu Waktu untuk Bertemu, PKS Ingatkan Silaturahmi Politik Penting bagi Demokrasi

Nasional
Soal Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Bukan Cuma Harapan Pak Luhut

Soal Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Bukan Cuma Harapan Pak Luhut

Nasional
Halal Bihalal Akabri 1971-1975, Prabowo Kenang Digembleng Senior

Halal Bihalal Akabri 1971-1975, Prabowo Kenang Digembleng Senior

Nasional
Anggap “Presidential Club” Positif, Cak Imin:  Waktunya Lupakan Perbedaan dan Konflik

Anggap “Presidential Club” Positif, Cak Imin: Waktunya Lupakan Perbedaan dan Konflik

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com