JAKARTA, KOMPAS.com — Harian Kompas mengecam keras tindak kekerasan yang dialami wartawan Kompas Reny Sri Ayu dan Mercusuar, Sulawesi Tengah, Selasa (29/5/2012) siang. Sebab, apa yang dilakukan Reny dan rekan wartawan lain siang tadi adalah tugas jurnalistik yang dijamin undang-undang untuk dilindungi.
"Harian Kompas mengecam keras tindak kekerasan yang dilakukan sekelompok orang terhadap wartawan Kompas yang sedang meliput kelangkaan BBM (bahan bakar minyak). Kami minta kepolisian mengusut tuntas aksi kekerasan itu," kata Wakil Pemimpin Redaksi Harian Kompas Budiman Tanuredjo di Jakarta, petang ini.
Sesuai dengan Undang-Undang Pers, kata Budiman, kegiatan jurnalistik Reny harus mendapat perlindungan aparat kepolisian.
Seperti diberitakan, Reny dan seorang wartawan Mercusuar, Moechtar Mahyuddin, dipukuli massa pengantre BBM di SPBU Bungku, Morowali, Selasa.
Akibat pemukulan itu, Reny mengalami mual dan muntah serta sakit di ulu hati, sementara Moechtar memar di rahangnya. "Sekarang saya baik-baik saja dan Moechtar akan divisum. Kami sedang di Polsek Bungku," kata Reny yang dihubungi dari Jakarta, sekitar pukul 18.30.
Tindak kekerasan itu, menurut Reny, terjadi saat dia dan Moechtar tengah meliput antrean BBM di SPBU satu-satunya di Bungku. Semula peliputan berjalan lancar dan tidak ada masalah. Reny bahkan sempat mewawancarai para pengantre dan mengambil gambar. Sejumlah pengantre juga dengan senang hati diwawancarai.
"Sekitar pukul 13.30 Wita, saya dan Moechtar tiba di SPBU Bungku. Saat itu, antrean sangat panjang, baik di dalam maupun luar SPBU. Saya juga melihat banyak jeriken yang berjejer," ungkapnya.
Seusai Reny mengambil gambar, Moechtar gantian mengambil gambar. "Saya kemudian wawancara dengan warga yang sedang mengantre di luar SPBU. Saat itu, semua lancar-lancar saja. Warga juga dengan senang hati memberikan keterangan soal kelangkaan BBM dan sulitnya mereka mendapatkan BBM," lanjut Reny.
Pengantre yang bekerja sebagai nelayan juga mengeluh terpaksa sering tidak melaut karena sulitnya mendapatkan BBM. "'Sekitar pukul 14.45 Wita, saat masih wawancara, saya mendengar suara ribut-ribut di dalam, tepat di samping antrean motor dan jeriken. Saya berlari untuk melihat apa yang terjadi. Saya melihat Moechtar sudah dikepung warga, kebanyakan pemilik jeriken," katanya.
Reny pun mendekat ke kerumunan bersama polisi, petugas satpol PP, dan anggota babinsa. "Kami mencoba melerai massa yang beringas dan berusaha merampas kamera. Tapi, mereka tidak peduli. Bahkan, salah seorang sempat bilang, 'Itu juga wartawan, temannya'," kata Reny.
Saat itulah Reny merasa terkena pukulan di perut, bagian ulu hati. Karena massa makin beringas, Reny dan Moechtar lari, tetapi massa terus mengejar hingga hampir 1 kilometer dari SPBU.
Mereka akhirnya diselamatkan seorang pengendara mobil dan saat ini melapor ke Polsek Bungku.
Perlu diketahui, Reny berada di Morowali untuk meliput karut-marut soal tambang. Ketika berada di lapangan, dia mendapat informasi adanya dugaan penyelewengan distribusi BBM bersubsidi ke pertambangan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.