Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Paleoklimatologi: Berburu ke Masa Lampau, Meramal Masa Depan

Kompas.com - 09/05/2012, 09:05 WIB

KOMPAS.com - Hampir lebih dari dua puluh tahun terakhir, ide mengenai perubahan iklim berkembang secara pesat, meskipun masyarakat yang skeptis masih mengganggap ide tersebut hanya sekedar teori sains yang masih perlu dibuktikan kebenarannya.

Masyarakat semestinya tahu jika para ahli iklim telah bersepakat bahwa meningkatnya konsentrasi gas rumah kaca memang akan mengakibatkan pemanasan global yang tidak diharapkan. Adapun yang  menjadi perdebatan para ahli iklim saat ini adalah terkait kapan dan seberapa besar efek yang ditimbulkan dari pemanasan global tersebut.

Isu pemanasan global mulai berkembang sejak awal tahun 90an, diawali dengan dibentuknya Panel Antarpemerintah Tentang Perubahan Iklim atau dikenal secara luas sebagai Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) di tahun 1988, atas prakarsa dua badan besar di PBB yakni World Meteorological Organization (WMO) dan United  Nations Environmental Program (UNEP).

Panel ini bertugas untuk melakukan tinjauan dan analisis terhadap berbagai penelitian ilmiah, informasi teknis, dan isu sosial-ekonomi terkini terkait aspek dan dampak dari perubahan iklim global. Hasilnya didokumentasikan secara komprehensif, termasuk di dalamnya formulasi dan strategi untuk mengatasi dampak dari perubahan tersebut.

Laporan IPCC dibuat secara berkala dan pertama kali dipublikasikan pada tahun 1990, kemudian dilanjutkan pada tahun 1992, 2001, dan 2007. Laporan selanjutnya akan dipublikasikan pada tahun 2014.

Salah satu topik dalam laporan IPCC adalah mengenai iklim purba atau lebih dikenal sebagai Paleoklimatologi (Paleoclimate). Bidang ilmu ini mempelajari iklim masa lampau dengan skala waktu puluhan sampai ribuan tahun yang lalu, beserta implikasinya terhadap perubahan yang terjadi dalam ekosistem bumi.

Di dalam laporan tersebut dibahas berbagai  data, beragam penelitian yang tengah berlangsung, serta hipotesis terkini mengenai ilmu terkait. Termasuk di dalamnya metode dan alat-alat yang digunakan untuk mempelajari paleoklimatologi.

Pertanyaan yang muncul sekarang adalah mengapa kita mempelajari paleoklimatologi? Apa kaitannya dengan perubahan iklim yang terjadi saat ini dan apa urgensinya dalam memprediksikan perubahan iklim di masa mendatang?

Perlu diketahui, iklim dan cuaca bukanlah sebuah subjek yang persis sama. NOAA (National Oceanic and Atmospheric Administration) mendeskripsikan bahwa cuaca adalah kondisi atmosfer yang kita rasakan setiap harinya melalui berbagai variabel seperti suhu, curah hujan, dan angin. Adapun iklim digambarkan sebagai cuaca rata-rata dalam kurun waktu tertentu, baik dalam rentang bulanan, tahunan, ratusan hingga ratusan ribu tahun.

Melalui definisi tersebut kita dapat mengasumsikan bahwa tingkat variabilitas cuaca sangat tinggi, sehingga sulit untuk bisa diprediksi secara tepat. Sedangkan tingkat variabilitas iklim sangatlah rendah dan prediksinya relatif lebih akurat. Sebagai perumpamaan, iklim di tempat kita tinggal akan bisa diketahui dari berapa jumlah payung yang kita simpan di rumah, sedangkan cuaca dapat diketahui dari keputusan kita untuk membawa payung atau tidak, saat kita hendak keluar dari rumah pada suatu hari.

Karena iklim pada ekosistem bumi selalu bervariasi dan perubahannya hampir selalu terjadi pada setiap periode bumi, maka penelitian dalam paleoklimatologi menjadi sebuah subyek yang sangat menarik dan perlu dipelajari secara lebih rinci.

Ahli paleoklimatologi menyimpulkan bahwa perubahan iklim tidak hanya terjadi pada saat ini, akan tetapi perubahan tersebut juga pernah terjadi di masa lampau. Sehingga penelitian dalam bidang paleoklimatologi dapat membantu kita dalam memahami perubahan iklim di masa yang akan datang.

Logika pemikiran sederhana terkait pentingnya mempelajari paleoklimatologi dijelaskan dalam buku Dire predictions: understanding global warming (2009). Seorang ahli iklim yang mempelajari paleoklimatologi diumpamakan sebagai dokter yang sedang berusaha mendiagnosis dan menyembuhkan pasiennya.

Pasien dianalogikan sebagai kondisi ekosistem bumi. Saat pertama kali dokter bertemu dengan pasiennya, dokter akan terlebih dahulu menanyakan riwayat kesehatan sang pasien. Misalnya dengan menanyakan penyakit apa saja yang pernah pasien derita selama ini, atau apakah penyakit yang tersebut pernah dialami sebelumnya, lalu, apa saja gejala yang dirasakan.

Sang dokter lebih lanjut akan menanyakan mengenai kegiatan atau perilaku seperti apa yang biasa dilakukan si pasien sebelum menderita penyakit tersebut, ini dilengkapi dengan pemeriksaan pada tubuh pasien untuk menegaskan diagnosa nantinya. Dokter kemudian memberikan diagnosanya dan juga memberikan alternatif penyembuhan (obat ataupun terapi), dan juga menyertakan solusi pencegahan agar penyakit yang sama tidak dialami lagi.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com