Jakarta, Kompas -
Di Manado, Sulawesi Utara, meskipun kenaikan harga BBM bersubsidi mengalami penundaan, pasokan BBM di sejumlah wilayah langka. Di Manado, sejumlah nelayan mengeluhkan BBM bersubsidi sulit dicari.
Alex (56), nelayan perahu ketinting di Bunaken, Minggu (1/4), mengeluhkan sulitnya mencari bensin di pangkalan nelayan. Sementara itu, ia tidak diperbolehkan membeli bensin di stasiun pengisian bahan bakar untuk umum (SPBU). Harga bensin eceran mencapai Rp 8.000 per liter.
”Harga bensin eceran sudah mahal, tetapi masih susah dicari,” ujarnya.
Dengan kapal kecil bermesin 5 PK, dia membutuhkan bensin sekitar 5 liter untuk melaut setiap hari. Untuk mengatasi kesulitan BBM subsidi, ia membeli bensin dari perahu lain yang menjual.
Sementara itu, pendapatan dari melaut berkisar 15 kilogram (kg) per hari dengan harga jual ikan rata-rata Rp 10.000 per kg.
Sofyan (39), pengemudi kapal penumpang tujuan Manado-Bunaken, mengemukakan, pasokan bensin di pangkalan pengisian bahan bakar sangat langka, yakni hanya dua kali per minggu. Padahal, hanya dari pangkalan, para pengelola kapal angkutan bisa membeli BBM bersubsidi seharga Rp 4.500 per liter.
Para pengelola kapal penumpang terpaksa mendaftar untuk bisa membeli bensin, tetapi kerap kehabisan. Dengan demikian, mereka terpaksa membeli bensin di luar pangkalan dengan harga Rp 6.000 per liter.
”Biasanya mau daftar untuk beli (bensin) pun tidak bisa karena jatah sudah habis. Pasokan BBM dengan harga subsidi tidak bisa diharapkan,” tutur Sofyan.
Sementara itu di Demak, Jawa Tengah, sejumlah kapal