Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Harga Bahan Pokok Terus Beranjak Naik

Kompas.com - 13/03/2012, 03:41 WIB

Kapal berbobot mati 5 ton, yang sebelumnya hanya membutuhkan bekal BBM Rp 150.000 sekali melaut, nantinya bisa naik menjadi Rp 200.000 sekali melaut. Di sisi lain, harga ikan cenderung berfluktuasi sehingga nelayan tidak mendapatkan jaminan akan harga ikan.

Ranito (34), nelayan kecil di Desa Munjungagung, Kabupaten Tegal, mengatakan, harga ikan sedang jatuh akibat melimpahnya hasil tangkapan serta pengaruh hujan yang mempersulit pengeringan ikan pada industri pengolahan ikan. ”Biaya perbekalan akan melonjak karena 75 persen biaya perbekalan berasal dari biaya BBM,” ujar Ranito.

Di Padang, Sumatera Barat, cuaca buruk telah mengakibatkan turunnya jumlah tangkapan ikan bagi nelayan tradisional di sana. Akibatnya, harga ikan gabur (ikan kuwe) di tingkat nelayan naik dari Rp 22.000 per kilogram menjadi Rp 27.000 per kilogram. Demikian pula harga ikan tongkol naik dari Rp 12.000 per kilogram menjadi Rp 17.000 per kilogram. Sementara harga ikan gabur di tingkat konsumen bakal naik menjadi Rp 35.000 per kilogram, dan ikan tongkol menjadi Rp 30.000 per kilogram.

Infrastruktur konversi

Di Solo, Jawa Tengah, Senin, Ketua Dewan Pembina Partai Golkar Akbar Tandjung, seusai menghadiri sidang senat terbuka Dies Natalis Ke-36 Universitas Sebelas Maret Solo, mengatakan, pemerintah harus mempersiapkan langkah yang antisipatif terkait rencana kenaikan harga BBM.

Meski telah memutuskan menaikkan harga BBM, pemerintah harus lebih mempersiapkan infrastruktur untuk konversi ke bahan bakar gas seperti yang telah direncanakan sebelumnya. ”Pemerintah tampaknya kurang mempersiapkan langkah-langkah konversi dari BBM ke bahan bakar gas. Setelah dikaji, konversi ke gas dampaknya lebih berat. Akhirnya kembali memilih menaikkan harga BBM,” kata Akbar.

Pemerintah juga harus mempersiapkan betul rencana kompensasi berupa penyaluran Bantuan Langsung Tunai (BLT). Pemberian BLT harus dirancang agar tepat sasaran, tepat jumlah, dan tepat waktu.

”Sebenarnya ada pilihan lain selain BLT, misalnya pembangunan infrastruktur ke desa-desa atau pemberian bantuan kesehatan dan pendidikan kepada masyarakat. Namun, tampaknya, dari pengalaman lalu masyarakat sudah dibiasakan dengan BLT,” kata Akbar.

Dari Surabaya, Ketua Himpunan Pedagang Besar Surabaya Sudarno menilai, secara riil, hingga saat ini belum ada kenaikan harga barang kebutuhan pokok.

Dia mengatakan, yang paling utama dalam menyikapi kenaikan harga BBM adalah perlunya bantuan langsung tunai diberikan kepada orang yang benar-benar membutuhkan. Misalnya beras untuk warga miskin Rp 2.000 per kilogram, sebaiknya tidak diberikan kepada penduduk yang mengambil jatah dengan naik sepeda motor bahkan mobil.

Nizar Zahro, anggota Fraksi Partai Persatuan Reformasi DPRD Jawa Timur, berpendapat senada. Ia menilai rencana kenaikan harga BBM belum akan memicu kenaikan harga kebutuhan pokok atau konsumsi lain.(WIE/EKI/ETA/TIF/EGI/INK/THT)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com