Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dari Mata Turun ke Hati

Kompas.com - 24/02/2012, 01:53 WIB

Kesukaannya pada pencak silat terus menguat. Bukan lagi sekadar ingin bisa bela diri, Nadya jatuh cinta pada pencak silat.

”Saya jadi tahu pencak silat yang asli Indonesia, jadi bangga karena berarti ikut melestarikan kekayaan Indonesia biar enggak hilang,” paparnya.

Apalagi bila dibandingkan bela diri lain, pencak silat di perguruan Tapak Suci mempunyai keunggulan yang tidak tergantikan, yaitu ada unsur dakwah Islam. Dia menjadi makin mantap di jalur yang telah dipilih.

”Pencak silat termasuk bela diri, asli Indonesia, dan ada dakwahnya. Semua itu meliputi unsur yang saya perlukan, termasuk mendapat beasiswa. Jadi saya bisa meringankan beban orangtua,” kata Nadya.

Porsi latihan

Lain lagi dengan Sarah Tria Monita (16), pelajar SMAN Olahraga Jawa Timur. Gadis kelahiran Lampung ini memang menyukai bela diri sehingga sewaktu kelas I SMP dia memilih jujitsu. Setahun berlatih, dia menghentikan latihan karena tangannya cedera.

”Saya juga ikut voli, akhirnya pelatih voli meminta saya berhenti jujitsu,” tuturnya mengenang.

Waktu masuk SMA dan pindah ke Surabaya, Sarah masih memendam keinginan untuk berlatih bela diri. Kebetulan teman kakaknya pelatih pencak silat di Sawunggaling.

”Saya coba-coba saja, alhamdulillah cocok,” ungkap anak bungsu dari tiga bersaudara yang menjuarai kategori kelas F putri remaja dalam Pekan Olahraga Pelajar Nasional 2011 di Riau ini.

Jadwal latihan yang padat sama sekali tidak membuatnya gentar. Meski berlatih dua kali sehari dan dalam seminggu hanya libur sehari, tekad Sarah malah makin bulat untuk berprestasi.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com