Pulang Pisau, Kompas -
Kepala Resort Mangkok Seksi Pengelolaan TN Sebangau Wilayah II Pulang Pisau Hendro Sopha di Pulang Pisau, Kalteng, Selasa (21/2), mengatakan, selain kebakaran, terdapat juga lahan kritis akibat pembalakan liar. ”Kalau dampak pembalakan tak signifikan lagi sejak izin hak pengusahaan hutan dihentikan sekitar 10 tahun lalu, tapi bekasnya masih bisa dilihat,” ujarnya.
Berdasarkan data TN Sebangau, kerusakan akibat kebakaran paling parah terjadi 2001- 2002, mencapai 22.300 hektar. Kawasan yang terbakar umumnya di tepi sungai karena banyak pemancing ikan lalu lalang dengan berjalan kaki atau menyewa kelotok. Mereka kadang-kadang merokok, membakar ikan, atau membuat kopi yang menimbulkan potensi kebakaran.
Di kawasan bekas terbakar masih terlihat sisa batang-batang pohon yang menghitam. Kondisi itu, misalnya, terlihat di daerah Resort Mangkok TN Sebangau.
Selain itu, beberapa titik di tepi Sungai Sebangau juga terlihat batang-batang pohon yang hangus. Luas lahan yang dapat dipulihkan selama 10 tahun terakhir hingga 2011 sekitar 4.000 hektar. Pada 2012, kata Hendro, pihaknya berencana memulihkan lahan sekitar 1.000 hektar melalui Gerakan Rehabilitasi Hutan dan Lahan.
”Kami berupaya menekan potensi kebakaran. Apa yang bisa dilakukan, dikerjakan saja,” kata Hendro. Tahun 2005, misalnya, TN Sebangau bekerja sama dengan Pemerintah Kabupaten Pulang Pisau merehabilitasi lahan seluas 400 hektar.
TN Sebangau juga menggandeng swasta menjadi donatur. Yang sudah terlibat memulihkan hutan, di antaranya, adalah Garuda Indonesia, Nokia, Bank Indonesia, serta Pemerintah Jerman, Norwegia, dan Denmark.
”Setiap hektar lahan yang dihijaukan membutuhkan pohon 400 batang. Pohon-pohon itu jenis asli dari TN Sebangau,” ujar Hendro. Pohon-pohon itu antara lain jelutung, belangeran, pulai, tutup kabali, dan lewang.
Suporter kehormatan WWF, Agustinus Gusti Nugroho, menilai, persoalan yang terjadi di TN Sebangau juga ditemukan di kawasan konservasi lain di Indonesia. Kondisi di rawa, gunung, atau laut bersinggungan dengan budaya setempat. Kearifan lokal merupakan langkah penting yang harus diterapkan. ”Kearifan itu penting untuk jaga kelestarian flora dan fauna. Kalau tidak, akan terjadi sesuatu,” kata pria yang akrab disapa Nugie itu.