"Saya kan enggak tahu soal kasus itu, jadi saya minta, coba hubungi IS saja. Nanti dia yang amanin, merapat ke sana. Lalu Acos bilang dia kenal IS juga," sambungnya.
Manyo menyatakan, kata-kata seperti "mengamankan dan "merapat" ke Kemennakertrans itu hanya istilah di kalangan wartawan dengan maksud akan dianalisis seperti apa kasus itu untuk pemberitaan sesuai dengan job desk di bidang pemberitaan setiap wartawan. Ia membantah ada deal-deal khusus untuk tidak memberitakan kasus itu.
"Jadi hanya menganalisis berita biasa, wartawan kan begitu, kita cari background kasus seperti apa. Tidak ada itu deal-deal baik secara materi maupun politis. Saya dan Acos itu sudah sering membahas soal media, karena saya konsultan media, untuk pemberitaan seperti apa, memberikan pencerahanlah. Nyebut nama Muhaimin kan biasa, obrolan wartawan membicarakan kasus," terangnya.
Sama halnya dengan kasus Menpora, karena ia redaktur di bagian olahraga, kata Manyo, sewajarnya ada analisis mendalam terkait kasus di kementerian tersebut.
"Jadi kayak kasus Kemennakertrans, dicari tahu, si Nyoman itu latar belakang keterlibatan kasusnya seperti apa. Kalau saya redaktur olahraga, ya kasus di Kemenpora seperti apa itu dicari tahu informasi. Sampai sekarang tidak ada pertemuan dengan Nyoman," lanjutnya.
Ia juga mengaku kaget, ternyata nama Acos disebut-sebut terlibat dalam kasus itu. Keduanya sempat membuat janji pertemuan dengan Acos mengenai informasi kasus itu. Namun, pertemuan itu hingga kini tak dilaksanakan.
"Saya telepon Acos, ternyata dia terlibat. Kok gitu. Kemudian dia mengatakan sedang di luar kota. Kami janjian bertemu dan dia mau menceritakan kasus itu. Tapi sampai sekarang, kami tidak pernah bertemu. Dia kan selalu by phone, tapi kami tidak pernah bertemu," pungkasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.