JAKARTA, KOMPAS.com - Direktur PT Wahana Esa Sejati Arie Malangjudo ragu, jika cek perjalanan yang dialirkan ke anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) 1999-2004 dibeli dengan uang Nunun Nurbaeti. Menurut Arie, saat pemilihan DGSBI 2004 berlangsung, kondisi keuangan perusahaan milik Nunun, yakni PT Wahana Esa Sejati sedang tidak baik.
"Apakah itu uang Bu Nunun? Who knows? Saya tidak tahu, yang jelas perusahaan pada saat itu tidak mempunyai uang," katanya di gedung Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Jakarta, Senin (9/1/2012).
Arie, yang juga anak buah Nunun itu, diperiksa KPK selama kurang lebih dua jam sebagai saksi bagi Nunun, tersangka kasus dugaan suap cek perjalanan. Nunun disangka memberikan sejumlah cek perjalanan ke anggota DPR 1999-2004 untuk meloloskan Miranda Goeltom sebagai DGSBI 2004.
Lebih jauh Arie menjelaskan, saat itu PT Wahana Esa Sejati yang dikelola Nunun dengan bantuan Arie, tengah dilanda krisis. Perusahaan memiliki banyak utang karena tengah membangun pabrik kelapa sawit di Riau.
"Saat itu kita sedang punya utang, sedang bangun pabrik kelapa sawit di Riau. Kita dananya dana pinjaman, bangun pabrik saja sudah habis," ujar Arie.
Namun, Arie mengaku tidak tahu dari mana asal uang untuk membeli 480 lembar cek perjalanan senilai Rp 24 miliar itu. Dia hanya diminta Nunun menyampaikan cek tersebut ke anggota DPR 1999-2004.
"Saya banyak di lapangan, saya itu sebenarnya orang lapangan, jadi di Jakarta hanya sebentar. Waktu itu saya diminta tolong, saya lakuin sebagai amanah, ya, saya sampaikan, sumbernya dan sebagainya, ya, saya tidak tahu," ungkap Arie.
Dalam kesaksiannya di persidangan sejumlah anggota DPR 1999-2004, Arie mengaku hanya disuruh Nunun menyerahkan amplop warna merah, hijau, kuning, dan putih ke masing-masing fraksi, yakni PDI-Perjuangan, PPP, Golkar, dan fraksi TNI/Polri.
Dia juga mengaku tidak tahu apakah cek yang diberikannya ke anggota DPR 1999-2004 di Restoran Bebek Bali, Senayan, beberapa waktu lalu itu berkaitan dengan pemenangan Miranda atau tidak. Menurut Arie, apa yang disampaikannya di pengadilan saat itu merupakan materi pemeriksaan hari ini.
"Keinginan KPK kelihatannya mau menguak siapa yang menjadi sumber dana, saya tadi hanya konfirmasi apa yang saya sampaikan di pengadilan. Nggak ada yang beda," ujarnya.