Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

DCSC: Citra Anas Negatif di Media Massa

Kompas.com - 07/01/2012, 16:30 WIB
Ary Wibowo

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Hasil analisis media terbaru lembaga Developing Countries Studies Center (DCSC) menyebutkan, sepanjang 2011, Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum merupakan salah satu tokoh yang paling banyak mendapat citra negatif di pemberitaan media massa. Hasil analisis itu disampaikan peneliti DCSC, Abdul Hakim, saat melakukan konferensi pers di kantor DCSC, Jakarta, Sabtu (7/1/2012).

Penelitian itu dilakukan pada 1 Januari-31 Desember 2011 terhadap tujuh surat kabar, yakni Kompas, Media Indonesia, Indo Pos, Republika, Rakyat Merdeka, Suara Pembaruan, dan Seputar Indonesia. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan metode analisis isi tematik terhadap 7.476 artikel tujuh surat kabar tersebut.

"Citra negatif itu didapatkan Anas karena tema terbanyak dalam artikelnya adalah mengenai kasus korupsi di Kementerian Pemuda dan Olahraga sebesar 47 persen. Sedangkan untuk tema mengenai Pemilu 2014 hanya 9 persen," ujar Abdul.

Abdul menerangkan, di antara sembilan tokoh yang dianalisis, Anas menduduki posisi pertama tokoh dengan citra negatif dengan perolehan angka sebesar 3,5 persen. Kemudian diikuti Sri Mulyani 2,2 persen, Megawati 0,7 persen, Aburizal Bakrie 0,6 persen, Hatta Rajasa 0,5 persen, Ani Yudhoyono, Surya Paloh masing-masing 0,4 persen, Prabowo 0,3 persen, dan Sultan Hamengku Buwono X sebesar 0,0 persen.

"Meskipun demikian, citra negatif ini memiliki porsi sangat kecil dan tidak begitu mencolok dibandingkan jumlah keseluruhan artikel masing-masing tokoh di surat kabar. Karena citra tokoh masih didominasi dengan sentimen positif dan netral," katanya.

Abdul mengatakan, analisis mengenai citra tokoh yang sebagian besar masih berada di posisi netral dan positif itu terjadi karena sebagian besar pembicaraan tentang Pemilu 2014 masih berada pada tataran normatif.

Ia menilai, saat ini belum ada serangan atau konfrontasi terbuka di antara para tokoh kandidat capres tersebut sehingga diferensisasi di antara mereka belum terlihat secara jelas. "Hal itu boleh jadi karena pelaksanaan Pemilu 2014 masih cukup lama sehingga mendorong tokoh kandidat capres untuk lebih memfokuskan diri membangun popularitas dan citra positif di media massa, ketimbang melakukan serangan terbuka kepada tokoh kandidat lain," kata Abdul.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Nasional
Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Nasional
'Presidential Club' Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

"Presidential Club" Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

Nasional
Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Nasional
Gaya Politik Baru: 'Presidential Club'

Gaya Politik Baru: "Presidential Club"

Nasional
Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Nasional
Luhut Minta Orang 'Toxic' Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Luhut Minta Orang "Toxic" Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Nasional
PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat 'Presidential Club'

PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat "Presidential Club"

Nasional
Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Nasional
Soal 'Presidential Club', Yusril: Yang Tidak Mau Datang, Enggak Apa-apa

Soal "Presidential Club", Yusril: Yang Tidak Mau Datang, Enggak Apa-apa

Nasional
Soal Presidential Club, Prabowo Diragukan Bisa Didikte Presiden Terdahulu

Soal Presidential Club, Prabowo Diragukan Bisa Didikte Presiden Terdahulu

Nasional
Soal 'Presidential Club', Golkar Yakin Prabowo Bisa Menyatukan para Presiden Terdahulu

Soal "Presidential Club", Golkar Yakin Prabowo Bisa Menyatukan para Presiden Terdahulu

Nasional
Tanggapi Isu 'Presidential Club', PDI-P: Terlembaga atau Ajang Kongko?

Tanggapi Isu "Presidential Club", PDI-P: Terlembaga atau Ajang Kongko?

Nasional
Cak Imin Sebut PKB Jaring Calon Kepala Daerah dengan 3 Kriteria

Cak Imin Sebut PKB Jaring Calon Kepala Daerah dengan 3 Kriteria

Nasional
Golkar: 'Presidential Club' Bisa Permudah Prabowo Jalankan Pemerintahan

Golkar: "Presidential Club" Bisa Permudah Prabowo Jalankan Pemerintahan

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com