Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Aceh Terus Dihantui Penembakan Misterius

Kompas.com - 03/01/2012, 01:39 WIB

Pola sistematis

Aktivis Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (Kontras) Aceh, Hendra Fadli, mengatakan, rentetan penembakan misterius di Aceh akhir-akhir ini berbeda dengan penembakan-penembakan sebelumnya. Hal ini dapat dilihat pada pola dan sasaran penembakan yang cenderung mirip.

”Ini penembakan misterius dengan sasaran warga pendatang dari kelompok etnis tertentu. Ada upaya sistematis dari pelaku untuk menciptakan ketakutan pada kelompok etnis tertentu yang dijadikan sasaran sehingga berpotensi menimbulkan kebencian antarkelompok etnis di Aceh,” katanya.

Rangkaian penembakan ini juga terjadi saat polemik antar- elite politik di Aceh terkait pemilu kepala daerah (pilkada) masih berlangsung. ”Melihat situasi politik itu, jelas ini bukan kriminal murni,” ujar Hendra.

Direktur Lembaga Bantuan Hukum Banda Aceh Hospi Novizal Sabri mengatakan, jika skenario keresahan antarkelompok etnis, seperti misi penembakan, terwujud, tidak hanya Pilkada Aceh yang terganggu, tetapi perdamaian di Aceh juga terancam.

Skenario itu bisa berlangsung karena entitas sipil dan elite politik di Aceh saat ini mulai kehilangan spirit untuk menjaga perdamaian. Hampir semua energi dan perhatian ditujukan pada polemik pemilu kepala daerah yang tak kunjung berujung.

Gustav membenarkan adanya kecenderungan pola yang sama dalam rangkaian kejadian penembakan misterius di Aceh akhir-akhir ini. Pelaku lebih dari satu orang, menggunakan sepeda motor, senjata AK-47, dan dengan sasaran orang dari kelompok etnis tertentu.

Polisi juga menduga, tiga kasus penembakan terakhir di Aceh itu terkait dengan penangkapan dua dari empat pelaku penembakan pos penyimpanan bahan bakar minyak di area base camp Tim Survei Minyak dan Gas, Sawang, Aceh Utara, 23 Desember 2011. Dua pelaku yang ditangkap berinisial M (27) dan I (29). Dua pelaku lain, S dan L, masih dalam pengejaran.

Jangan anggap remeh

Wakil Ketua Komisi III DPR Nasir Djamil, Senin, di Jakarta, meminta polisi tidak menganggap remeh maraknya kasus penembakan di Aceh belakangan ini. ”Jika peristiwa-peristiwa itu merupakan tindak kriminal biasa, seharusnya polisi sudah dapat menangkap pelaku dalam 1 kali 24 jam setelah kejadian,” ujar wakil rakyat asal Aceh tersebut.

Sementara itu, Kepala Polri Jenderal (Pol) Timur Pradopo menyatakan, Markas Besar Polri dan Kepolisian Daerah Aceh masih menyelidiki penembakan yang terjadi di Aceh. Polisi belum dapat menyimpulkan keterkaitan kasus itu dengan pilkada.

Namun, menurut Timur, dulu kasus serupa pernah terjadi dan merupakan tindak kriminal biasa. Pelakunya kini diproses hukum. (HAN/NWO)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Profil Kemal Redindo, Anak SYL yang Minta 'Reimburse' Biaya Renovasi Kamar, Mobil sampai Ultah Anak ke Kementan

    Profil Kemal Redindo, Anak SYL yang Minta "Reimburse" Biaya Renovasi Kamar, Mobil sampai Ultah Anak ke Kementan

    Nasional
    KPK Akan Undang Eks Kepala Kantor Bea Cukai Purwakarta untuk Klarifikasi LHKPN

    KPK Akan Undang Eks Kepala Kantor Bea Cukai Purwakarta untuk Klarifikasi LHKPN

    Nasional
    Dian Andriani Ratna Dewi Jadi Perempuan Pertama Berpangkat Mayjen di TNI AD

    Dian Andriani Ratna Dewi Jadi Perempuan Pertama Berpangkat Mayjen di TNI AD

    Nasional
    Indonesia Kutuk Perusakan Bantuan untuk Palestina oleh Warga Sipil Israel

    Indonesia Kutuk Perusakan Bantuan untuk Palestina oleh Warga Sipil Israel

    Nasional
    Tanggapi Polemik RUU Penyiaran, Gus Imin: Mosok Jurnalisme Hanya Boleh Kutip Omongan Jubir

    Tanggapi Polemik RUU Penyiaran, Gus Imin: Mosok Jurnalisme Hanya Boleh Kutip Omongan Jubir

    Nasional
    KPK Sita Rumah Mewah SYL Seharga Rp 4,5 M di Makassar

    KPK Sita Rumah Mewah SYL Seharga Rp 4,5 M di Makassar

    Nasional
    Sedih Wakil Tersandung Kasus Etik, Ketua KPK: Bukannya Tunjukkan Kerja Pemberantasan Korupsi

    Sedih Wakil Tersandung Kasus Etik, Ketua KPK: Bukannya Tunjukkan Kerja Pemberantasan Korupsi

    Nasional
    Profil Indira Chunda Thita Syahrul, Anak SYL yang Biaya Kecantikan sampai Mobilnya Disebut Ditanggung Kementan

    Profil Indira Chunda Thita Syahrul, Anak SYL yang Biaya Kecantikan sampai Mobilnya Disebut Ditanggung Kementan

    Nasional
    Cak Imin: Larang Investigasi dalam RUU Penyiaran Kebiri Kapasitas Premium Pers

    Cak Imin: Larang Investigasi dalam RUU Penyiaran Kebiri Kapasitas Premium Pers

    Nasional
    Mantan Pegawai Jadi Tersangka, Bea Cukai Dukung Penyelesaian Kasus Impor Gula Ilegal

    Mantan Pegawai Jadi Tersangka, Bea Cukai Dukung Penyelesaian Kasus Impor Gula Ilegal

    Nasional
    Temui Jokowi, GP Ansor Beri Undangan Pelantikan Pengurus dan Bahas Isu Kepemudaan

    Temui Jokowi, GP Ansor Beri Undangan Pelantikan Pengurus dan Bahas Isu Kepemudaan

    Nasional
    Grace Natalie dan Juri Ardiantoro Akan Jalankan Tugas Khusus dari Jokowi

    Grace Natalie dan Juri Ardiantoro Akan Jalankan Tugas Khusus dari Jokowi

    Nasional
    Jadi Saksi Karen Agustiawan, Jusuf Kalla Tiba di Pengadilan Tipikor

    Jadi Saksi Karen Agustiawan, Jusuf Kalla Tiba di Pengadilan Tipikor

    Nasional
    Kasus Korupsi Timah, Kejagung Sita 66 Rekening, 187 Tanah, 16 Mobil, dan 1 SPBU

    Kasus Korupsi Timah, Kejagung Sita 66 Rekening, 187 Tanah, 16 Mobil, dan 1 SPBU

    Nasional
    Mengganggu Pemerintahan

    Mengganggu Pemerintahan

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com