Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

IJABI Imbau Warganya Menahan Diri

Kompas.com - 31/12/2011, 15:45 WIB
Indra Akuntono

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Pengurus Pusat Ikatan Jemaah Ahlul Bait Indonesia atau IJABI mengeluarkan pernyataan sikapnya terkait penyerangan pesantren Syiah di Sampang Madura, Jawa Timur, beberapa hari lalu. IJABI bertekad untuk memendam sedalam-dalamnya warisan perpecahan dan permusuhan di antara kaum mukmin dalam kuburan sejarah.

Kedua, menghidupkan hubungan antarsesama dalam suasana saling mengasihi, melindungi, menopang, dan membantu.

Sikap IJABI yang ketiga adalah melaksanakan komunikasi dialogis di antara sesama untuk saling memahami, menyayangi, dan tidak membenci, serta tidak saling menghakimi.

Keempat, menjalankan kerjasama di antara kaum muslim dan umat beragama lainnya untuk mewujudkan Islam sebagai rahmatan lil'alamin. Dan kelima, menjadikan masjid-masjid sebagai pusat ukhuwah Islamiah dan pusat peradaban Islam.

Dalam keterangan persnya, yang digelar di kantor Pengurus Pusat IJABI, Kemang, Jakarta Selatan, Ketua Dewan Syuro IJABI, Jalaluddin Rakhmat berterima kasih kepada semua pihak, yang menanggapi dan menangani kasus ini secara baik dan adil.

Dia juga memohon khusus kepada Ketua Umum Nahdlatul Ulama (NU) untuk tidak hanya megimbau, tetapi juga bertindak riil ke jenjang organisasi yang paling bawah, serta mendesak Majelis Ulama Indonesia (MUI) dengan tidak membuat pernyataan yang memancing dan tidak adil.

"Misalnya MUI Jatim yang menyatakan jika Syiah dan sebaiknya diisolasi. Ini tidak adil karena Syiah adalah mazhab syah di Indonesia," kata pria yang akrab disapa Kang Jalal itu.

Kang Jalal juga mengajak semua pejuang negara untuk menjaga kesatuan dan persatuan bangsa. "Termasuk menjaga semua warga IJABI untuk menahan dan menjaga diri, bersama-sama menyelesaikan permasalahan melalui hukum yang berlaku," ujarnya.

Seperti diberitakan, beberapa hari lalu sebuah pondok pesantren Syiah di Sampang, Madura, diserang oleh sekelompok massa. Buntut dari penyerangan itu sebanyak 351 jiwa yang terdiri dari 167 kepala keluarga dari kelompok Islam Syiah terpaksa harus mengungsi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Niat Gibran Ingin Konsultasi dengan Megawati soal Kabinet Dimentahkan PDI-P

Niat Gibran Ingin Konsultasi dengan Megawati soal Kabinet Dimentahkan PDI-P

Nasional
SBY Doakan dan Dukung Prabowo Sukses Jaga Keutuhan NKRI sampai Tegakkan Keadilan

SBY Doakan dan Dukung Prabowo Sukses Jaga Keutuhan NKRI sampai Tegakkan Keadilan

Nasional
'Presidential Club', 'Cancel Culture', dan Pengalaman Global

"Presidential Club", "Cancel Culture", dan Pengalaman Global

Nasional
Hari Ini, Hakim Agung Gazalba Saleh Mulai Diadili di Kasus Gratifikasi dan TPPU

Hari Ini, Hakim Agung Gazalba Saleh Mulai Diadili di Kasus Gratifikasi dan TPPU

Nasional
Respons Partai Pendukung Prabowo Usai Luhut Pesan Tak Bawa Orang 'Toxic' ke Dalam Pemerintahan

Respons Partai Pendukung Prabowo Usai Luhut Pesan Tak Bawa Orang "Toxic" ke Dalam Pemerintahan

Nasional
Bongkar Dugaan Pemerasan oleh SYL, KPK Hadirkan Pejabat Rumah Tangga Kementan

Bongkar Dugaan Pemerasan oleh SYL, KPK Hadirkan Pejabat Rumah Tangga Kementan

Nasional
Soal Maju Pilkada DKI 2024, Anies: Semua Panggilan Tugas Selalu Dipertimbangkan Serius

Soal Maju Pilkada DKI 2024, Anies: Semua Panggilan Tugas Selalu Dipertimbangkan Serius

Nasional
Kloter Pertama Jemaah Haji Indonesia Dijadwalkan Berangkat 12 Mei 2024

Kloter Pertama Jemaah Haji Indonesia Dijadwalkan Berangkat 12 Mei 2024

Nasional
Saat Jokowi Sebut Tak Masalah Minta Saran Terkait Kabinet Prabowo-Gibran...

Saat Jokowi Sebut Tak Masalah Minta Saran Terkait Kabinet Prabowo-Gibran...

Nasional
'Presidential Club' Ide Prabowo: Dianggap Cemerlang, tapi Diprediksi Sulit Satukan Jokowi-Megawati

"Presidential Club" Ide Prabowo: Dianggap Cemerlang, tapi Diprediksi Sulit Satukan Jokowi-Megawati

Nasional
[POPULER NASIONAL] Masinton Sebut Gibran Gimik | Projo Nilai PDI-P Baperan dan Tak Dewasa Berpolitik

[POPULER NASIONAL] Masinton Sebut Gibran Gimik | Projo Nilai PDI-P Baperan dan Tak Dewasa Berpolitik

Nasional
Tanggal 8 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 8 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
 PAN Nilai 'Presidential Club' Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

PAN Nilai "Presidential Club" Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

Nasional
Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Nasional
LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir 'Game Online' Bermuatan Kekerasan

LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir "Game Online" Bermuatan Kekerasan

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com