JAKARTA, KOMPAS.com - Indonesian Corruption Watch (ICW) menilai munculnya kasus pegawai negeri sipil berusia muda dengan rekening miliaran rupiah yang diduga dari hasil korupsi merupakan tamparan bagi pemerintah. Rekening miliaran rupiah PNS tersebut mencerminkan bobroknya birokrasi dalam pemerintahaan saat ini.
"Ini (rekening miliaran rupiah PNS muda) adalah bentuk tamparan bagi pemerintah kita, karena menunjukan sistem birokrasi di Indonesia ini amat buruk," ujar Koordinator Divisi Korupsi Politik Indonesia Corruption Watch Ade Irawan kepada Kompas.com, Jumat (9/12/2011), di Jakarta.
Ia mengungkapkan, persoalan rekening gendut itu sebenarnya tidak terlalu mengejutkan, karena selama ini birokrasi selalu diidentikan dengan korupsi. Dari hasil riset ICW, kata Ade, birokrasi hanya dijadikan mesin untuk melegalkan praktik-praktik korupsi.
"Kita lihat saja dalam kasus Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi atau Wisma Atlet, deal-deal praktik korupsi pasti bermula dari unsur birokrasi bawah dulu baru ke tingkat atasnya. Dan ini mungkin saja berlaku pada PNS muda yang memiliki rekening gendut ini," kata Ade.
Ditambahkan, kasus tersebut juga menunjukan bahwa reformasi birokrasi yang dijalankan pemerintah tidak berjalan dengan baik. Ia menilai, reformasi tersebut selama ini hanya berkutat pada masalah-masalah teknis dan belum belum menyentuh kepada masalah subtansial tersebut.
"Karena pemerintah hanya menyentuh kulit luar saja, misalnya bangunan organisasinya, tata kelola pengawai atau kesejahteraan pegawai. Dalam hal rekrutmen misalnya. Ketika PNS muda ini korup berarti ada problem di rekrutmen. Dan selama ini kan proses rekrutmen dalam birokrasi itu sangat buruk, apalagi di daerah-daerah, sangat rentan terjadi praktik-praktik korupsi," kata Ade.
Seperti diberitakan, sebulan terakhir sedikitnya 10 PNS berusia muda terlacak memiliki dana di rekening mereka melebihi pendapatan resmi. Bahkan, ada dua PNS golongan IIIB yang diduga menilap uang negara miliaran rupiah dari proyek fiktif. Keduanya mentransfer uang ke rekening istri. Istri mereka aktif mencuci uang yang diduga hasil korupsi itu dengan membeli valuta asing, emas, dan asuransi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.