Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Alasan Warga Papua Sulit Percaya pada Pemerintah

Kompas.com - 16/11/2011, 14:01 WIB
Sandro Gatra

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Semua kekerasan dan pelanggaran hak asasi manusia (HAM) yang dilakukan aparat keamanan terhadap warga Papua harus diselesaikan pemerintah. Penyelesaian itu dapat membangun kepercayaan warga Papua terhadap pemerintah sehingga berbagai permasalahan berkepanjangan di Papua dapat diselesaikan.

Demikian disampaikan Ketua Komnas HAM Ifdal Kasim dan Koordinator Kontras Haris Azhar saat rapat dengar pendapat dengan Komisi I Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) di Kompleks DPR, Jakarta, Rabu (16/11/2011).

Ifdal mengatakan, kekerasan ataupun pelanggaran HAM yang tidak pernah terselesaikan membuat luka kolektif warga Papua sehingga memunculkan ketidakpercayaan terhadap pemerintah.

Wakil Ketua Komnas HAM Rida Saleh mengatakan, berdasarkan data yang dimiliki pihaknya, pelanggaran HAM yang dilakukan aparat keamanan sudah terjadi sejak tahun 1969 hingga 2011. Pelanggaran HAM paling banyak terjadi dalam kurun waktu 1969 hingga 1998 .

"Itu fase kekerasan yang sangat luar biasa. Ada 12 operasi militer. Operasi itu banyak menimbulkan korban, mulai dari pemerkosaan, pembunuhan, penyiksaan, penghilangan secara paksa, dan lainnya," jelas Rida.

Ditambahkan, saat ini kepolisian ditempatkan di baris terdepan dalam pengamanan. Namun, kata dia, cara-cara pengamanan tidak berubah dengan ketika di bawah kendali Tentara Nasional Indonesia (TNI). Sejak 2002 sampai 2011, setidaknya ada 54 peristiwa kekerasan yang dilakukan aparat kepolisian di Puncak Jaya.

"Dua di antaranya di-upload di Youtube yang sangat memilukan bagi warga Papua," kata Rida.

Pelanggaran HAM terakhir, lanjut Rida, yakni kasus Kongres Rakyat Papua III. Kondisi tiga korban tewas matanya dicungkil. "Satu lagi ditembak dari dubur tembus kepala. Yang aneh, aparat tuduh OPM yang melakukan. Di situ ada Koramil, tidak mungkin ada OPM," kata dia.

Haris mengatakan, data yang dimiliki pihaknya, dalam dua bulan terakhir setidaknya ada 63 warga Papua yang menjadi korban kekerasan. "Ada yang mati, ada yang disiksa, ditahan sema-mena," kata dia.

Haris menambahkan, penyelesaian kekerasan dan pelanggaran HAM itu harus memperhatikan keadilan. Pasalnya, kata dia, saat ini warga sipil terancam hukuman belasan tahun penjara atas tuduhan tindakan makar. Sebaliknya, aparat keamanan yang melakukan pelanggaran hanya dihukum oleh pengadilan militer dalam hitungan bulan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Polri Tangkap 28.861 Tersangka Kasus Narkoba, 5.049 di Antaranya Direhabilitasi

Polri Tangkap 28.861 Tersangka Kasus Narkoba, 5.049 di Antaranya Direhabilitasi

Nasional
Soal Kekerasan di STIP, Menko Muhadjir: Itu Tanggung Jawab Institusi

Soal Kekerasan di STIP, Menko Muhadjir: Itu Tanggung Jawab Institusi

Nasional
Pertamina Goes To Campus 2024 Dibuka, Lokasi Pertama di ITB

Pertamina Goes To Campus 2024 Dibuka, Lokasi Pertama di ITB

Nasional
Demokrat Sudah Beri Rekomendasi Khofifah-Emil Dardak Maju Pilkada Jawa Timur

Demokrat Sudah Beri Rekomendasi Khofifah-Emil Dardak Maju Pilkada Jawa Timur

Nasional
14 Negara Disebut Akan Ambil Bagian dalam Super Garuda Shield 2024

14 Negara Disebut Akan Ambil Bagian dalam Super Garuda Shield 2024

Nasional
Khofifah Ingin Duet dengan Emil Dardak, Gerindra: Kami Akan Komunikasi dengan Partai KIM

Khofifah Ingin Duet dengan Emil Dardak, Gerindra: Kami Akan Komunikasi dengan Partai KIM

Nasional
Wamenkeu Sebut Pemilu 2024 Berkontribusi Besar Dorong Pertumbuhan Ekonomi

Wamenkeu Sebut Pemilu 2024 Berkontribusi Besar Dorong Pertumbuhan Ekonomi

Nasional
Mensos Risma Janjikan 3 Hal kepada Warga Kabupaten Sumba Timur

Mensos Risma Janjikan 3 Hal kepada Warga Kabupaten Sumba Timur

Nasional
SYL Renovasi Rumah Pribadi, tapi Laporannya Rumah Dinas Menteri

SYL Renovasi Rumah Pribadi, tapi Laporannya Rumah Dinas Menteri

Nasional
Jaksa KPK Sebut Nilai Total Gratifikasi dan TPPU Gazalba Saleh Capai Rp 62,8 M

Jaksa KPK Sebut Nilai Total Gratifikasi dan TPPU Gazalba Saleh Capai Rp 62,8 M

Nasional
Ratas Evaluasi Mudik, Jokowi Minta 'Rest Area' Diperbanyak

Ratas Evaluasi Mudik, Jokowi Minta "Rest Area" Diperbanyak

Nasional
Dugaan TPPU Hakim Gazalba Saleh: Beli Alphard, Kredit Rumah Bareng Wadir RSUD di Jakarta

Dugaan TPPU Hakim Gazalba Saleh: Beli Alphard, Kredit Rumah Bareng Wadir RSUD di Jakarta

Nasional
Anggota Bawaslu Intan Jaya Mengaku Disandera KKB Jelang Pemilu, Tebus Ratusan Juta Rupiah agar Bebas

Anggota Bawaslu Intan Jaya Mengaku Disandera KKB Jelang Pemilu, Tebus Ratusan Juta Rupiah agar Bebas

Nasional
Dalam Sidang MK, KPU Ungkap Kontak Senjata TNI-OPM Jelang Hitung Suara, Satu Warga Sipil Tewas

Dalam Sidang MK, KPU Ungkap Kontak Senjata TNI-OPM Jelang Hitung Suara, Satu Warga Sipil Tewas

Nasional
Sinyal Kuat Eko Patrio Bakal Jadi Menteri Prabowo

Sinyal Kuat Eko Patrio Bakal Jadi Menteri Prabowo

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com