JAKARTA, KOMPAS.com — Perempuan Indonesia sebenarnya memiliki potensi untuk maju. Sejarah kemajuan berpikir dan bertindak perempuan Indonesia sudah dimulai sejak era Kartini, puluhan tahun silam.
Pola itu tidak sekadar emansipasi wanita belaka dan kesetaraan perempuan dan laki-laki, tetapi jauh melampaui konsep emansipasi itu sendiri. Oleh sebab itu, Kartini melawan setiap penindasaan yang dilakukan oleh siapa pun manusia, terutama priayi Jawa pada waktu itu. Pelajaran yang bisa dilakukan kaum perempuan sekarang adalah mendobrak setiap keterkungkungan di mana pun perempuan itu berada.
Demikian disampaikan Rieke Diah Pitaloka, politikus PDI-Perjuangan, Jumat (11/11/2011) pagi ini, saat dihubungi di Jakarta.
Sehari sebelumnya, dalam diskusi mengenai "Gagasan Perempuan untuk Reformasi Politik" di Kampus Program Studi Kajian Jender, Program Pascasarjana Universitas Indonesia, Salemba, Jakarta, Rieke juga berbicara hal yang hampir sama.
"Dalam surat-suratnya, di antaranya kita dapat mempelajari bahwa Kartini justru melawan penindasan yang dilakukan priayi Jawa dan memperjuangkan emansipasi dan kesetaraan jender," ujar anggota Komisi X DPR bidang Ketenagakerjaan dan Kesehatan ini.
Salah satu yang diperjuangan dan tidak sekadar kesetaraan jender, Rieke memberikan contoh, adalah pilihannya untuk memberikan tawaran beasiswa ke negeri Belanda kepada seorang pria. Pria yang dimaksud adalah Agus Salim.
"Itu menunjukkan bahwa kesempatan itu bisa diberikan kepada kaum laki-laki, yang dianggapnya memang mampu. Jadi, bukan sekadar keseteraan jender saja pilihannya. Ini artinya pria dan perempuan yang mampu memiliki kesempatan yang sama," lanjutnya.
Rieke pun mengatakan, upaya mendobrak keterkungkungan bisa dilakukan secara pelan-pelan dan tidak harus frontal. "Saya sudah lakukan di DPR dan PDI-Perjuangan. Pelan-pelan keseteraan jender dapat masuk dalam program-program perjuangan partai dan rapat-rapat di DPR. Mendobrak bisa dimulai dengan bersikap kritis terhadap satu masalah. Jadi, kalau mau maju, harus berani mendobrak apa pun keterkungkungan," jelas Rieke.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.