Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penambahan Wakil Mendiknas, Bukti Presiden Tak Paham Pendidikan

Kompas.com - 17/10/2011, 15:00 WIB
Imam Prihadiyoko

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Anggota Komisi X Dewan Perwakilan Rakyat RI Rohmani di Jakarta, Senin (17/10/2011) menilai, rencana penambahan Wakil Menteri Pendidikan Nasional (Wamendiknas) tidak akan memperbaiki kondisi pendidikan nasional.

Menurutnya, saat ini yang diperlukan pendidikan nasional bukan Wamendiknas. "Kian jelas kalau rencana penambahan Wamen ini tidak berdasarkan analisa yang matang. Bukan pula didasarkan untuk mempercepat kemajuan pendidikan nasional," kata Anggota DPR dari Fraksi Partai Keadilan Sejahtera ini.

Kebijakan menambah wakil menteri pendidikan ini, menurut Rohmani, makin memperlihatkan bahwa sebenarnya Presiden tidak memahami masalah pendidikan nasional.

Pasalnya, persoalan pendidikan nasional hanya dilihat pada tingkat pembuat kebijakan pendidikan. Padahal, dalam praktenya, seringkali perumus kebijakan pendidikan tidak menciptakan solusi atas berbagai persoalan pendidikan.

"Yang terpenting adalah pembuat kebijakan yang pro pada perbaikan kualitas pendidikan bukan sebaliknya. Saya khawatir, penambahan Wamendiknas ini akan menciptakan persoalan baru. Bukannya memperbaiki kinerja Kementerian Pendidikan Nasional, malah menimbulkan persoalan birokratis. Karena selain mengurus para dirjen, Menteri juga akan tersita mengatur para wakil menterinya," ujarnya.

Rohmani mencontohkan, kebijakan ujian nasional dan sekolah bertaraf internasional adalah contoh bila pembuat kebijakan pendidikan yang ada selama ini tidak berdasarkan realitas kebutuhan. Seharusnya,kata Rohmani, Presiden serius memperbaiki performa dan kinerja Kemendiknas.

Seperti yang kita ketahui bila laporan keuangan Kemendiknas tahun 2010 masuk kategori disclaimer. Belum lagi persoalan-persoalan krusial lainnya.

"Apabila penambahan Wamendiknas ini benar-benar diputuskan presiden, berarti presiden tidak serius melakukan perbaikan birokrasi. Ini janji presiden loh, memperbaiki birokrasi kita. Apalagi ditambah wakil menteri maka yang terjadi pemborosan anggaran. Dan yang perlu diperhatikan adalah dalam setiap penambahan wewenang maka peluang untuk korupsi juga akan makin besar," ujarnya. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    PPP Buka Peluang Usung Sandiaga jadi Cagub DKI

    PPP Buka Peluang Usung Sandiaga jadi Cagub DKI

    Nasional
    Soal Jokowi dan PDI-P, Joman: Jangan karena Beda Pilihan, lalu Dianggap Berkhianat

    Soal Jokowi dan PDI-P, Joman: Jangan karena Beda Pilihan, lalu Dianggap Berkhianat

    Nasional
    Surya Paloh Buka Peluang Nasdem Usung Anies pada Pilkada DKI

    Surya Paloh Buka Peluang Nasdem Usung Anies pada Pilkada DKI

    Nasional
    Dukung Prabowo-Gibran, Surya Paloh Sebut Nasdem Belum Dapat Tawaran Menteri

    Dukung Prabowo-Gibran, Surya Paloh Sebut Nasdem Belum Dapat Tawaran Menteri

    Nasional
    PKS: Pak Anies Sudah Jadi Tokoh Nasional, Kasih Kesempatan Beliau Mengantarkan Kader Kami Jadi Gubernur DKI

    PKS: Pak Anies Sudah Jadi Tokoh Nasional, Kasih Kesempatan Beliau Mengantarkan Kader Kami Jadi Gubernur DKI

    Nasional
    Soal Bertemu Prabowo, Sekjen PKS: Tunggu Saja, Nanti Juga Kebagian

    Soal Bertemu Prabowo, Sekjen PKS: Tunggu Saja, Nanti Juga Kebagian

    Nasional
    Prabowo Absen dalam Acara Halalbihalal PKS

    Prabowo Absen dalam Acara Halalbihalal PKS

    Nasional
    Joman: Jokowi Dukung Prabowo karena Ingin Penuhi Perjanjian Batu Tulis yang Tak Dibayar Megawati

    Joman: Jokowi Dukung Prabowo karena Ingin Penuhi Perjanjian Batu Tulis yang Tak Dibayar Megawati

    Nasional
    Langkah Mahfud Membersamai Masyarakat Sipil

    Langkah Mahfud Membersamai Masyarakat Sipil

    Nasional
    5 Smelter Terkait Kasus Korupsi Timah yang Disita Kejagung Akan Tetap Beroperasi

    5 Smelter Terkait Kasus Korupsi Timah yang Disita Kejagung Akan Tetap Beroperasi

    Nasional
    Deretan Mobil Mewah yang Disita dalam Kasus Korupsi Timah, 7 di Antaranya Milik Harvey Moeis

    Deretan Mobil Mewah yang Disita dalam Kasus Korupsi Timah, 7 di Antaranya Milik Harvey Moeis

    Nasional
    [POPULER NASIONAL] PKS Sebut Surya Paloh Main Cantik di Politik | Ganjar-Mahfud Dapat Tugas Baru dari Megawati

    [POPULER NASIONAL] PKS Sebut Surya Paloh Main Cantik di Politik | Ganjar-Mahfud Dapat Tugas Baru dari Megawati

    Nasional
    Tanggal 29 April 2024 Memperingati Hari Apa?

    Tanggal 29 April 2024 Memperingati Hari Apa?

    Nasional
    Kejagung: Kadis ESDM Babel Terbitkan RKAB yang Legalkan Penambangan Timah Ilegal

    Kejagung: Kadis ESDM Babel Terbitkan RKAB yang Legalkan Penambangan Timah Ilegal

    Nasional
    Kejagung Tetapkan Kadis ESDM Babel dan 4 Orang Lainnya Tersangka Korupsi Timah

    Kejagung Tetapkan Kadis ESDM Babel dan 4 Orang Lainnya Tersangka Korupsi Timah

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com