Sesampai di Swiss, mereka baru mengetahui rupanya Marzuki Alie menulis surat resmi sebagai Ketua DPR kepada Maroko dan juga Sekretariat IPU, terkait sikap DPR untuk Maroko. "Ketika itu baru saya terganggu," ujarnya.
Pertama, surat yang ditujukan kepada Maroko tentu akan dijadikan kampanye hitam oleh Maroko terhadap Indonesia. Saat ini surat Marzuki Alie sudah mulai beredar di negara-negara lainnya untuk menjatuhkan calon dari Indonesia. Sementara IPU sendiri menjadi kebingungan karena di lain sisi Ketua Delegasi RI mendapat mandat penuh sebagai Ketua Delegasi RI untuk memutuskan sikap Indonesia, termasuk, mendaftarkan maju jadi Presiden IPU.
"Tapi aneh bin ajaib, si pemberi mandat (Ketua DPR), memberi surat tembusan kepada sekretariat IPU, menyatakan mendukung Maroko untuk menjadi Presiden IPU," ujar Meutya.
"Apa pun alasan dukungan tersebut, di mana harga dirinya sih, ataupun elegansinya? Jikapun ada alasan urgen Indonesia mendukung Maroko, kenapa tidak dikonsultasikan kepada delegasi? Dijelaskan duduk persoalannya. Amat memalukan delegasi, yang sudah resmi mendaftar calon Presiden IPU, ketika surat MA (Marzuki Alie) yang menyatakan dukungan terhadap Maroko justru ramai tersebar," tambah Meutya.
Sekarang, kata Meutya, delegasi dan tim Kedutaan Besar RI di Swiss tengah mempelajari posisi hukum (legal standing) surat Ketua DPR. Apakah masih bisa tetap maju sebagai calon Presiden IPU atau surat Marzuki Alie itu otomatis menggugurkan.
"Ia berdalih ada rapat pimpinan, tapi saya dalam hal ini mewakili Fraksi Partai Golkar tidak diajak bicara. Begitupun banyak fraksi lainnya," tutur Meutya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.