Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pangan Rentan pada Perubahan

Kompas.com - 14/10/2011, 03:22 WIB

Sebagai catatan, Indonesia menjadi negara importir neto beras sejak lama. Pada periode 1998-1999 terjadi penurunan produksi padi akibat El Nino, yang bersamaan dengan krisis ekonomi. Akibatnya, impor beras tertinggi terjadi pada periode ini, yakni 3,8 juta ton per tahun, dengan tingkat kecenderungan impor hampir 11 persen.

Operasi senyap

Sutarto mengemukakan, pihaknya bisa membeli beras dan mengamankan cadangan beras pemerintah yang ditetapkan 1,5 juta ton tahun 2011 jika dua hal dilakukan. Pertama, pemerintah pusat dan daerah satu suara dalam mengumumkan cadangan dan rencana impor. Kedua, pengadaan beras impor sebaiknya dilakukan dengan diam-diam atau dengan operasi senyap.

Namun, itu cukup sulit karena situasi menjadi cukup mengkhawatirkan ketika pergerakan harga cenderung anomali. ”Dulu, ketika diumumkan impor, harga beras akan jatuh, ternyata tidak. Begitu juga ketika operasi pasar dilakukan Bulog, harga tidak juga jatuh. Ada sesuatu hal yang mungkin harus menjadi perhatian kita bersama,” ungkap Sutarto.

Ketua Kelompok Tani Nelayan Andalan Winarno Tohir mengingatkan, akan lebih rentan ketika pandangan diarahkan pada komoditas pangan lain, seperti buah-buahan, sayur-mayur, garam, kedelai, dan gula. Dengan ini, 65 persen produk pangan yang ada di pasar domestik adalah produk impor. ”Aliran produk impor ini, antara lain, terjadi karena pembebasan PPN dan bea masuk sehingga tidak ada perlindungan kepada petani. Impor itu solusi jangka pendek, bukan jangka panjang. Kita harus mulai secara bertahap menghilangkan ketergantungan pada pihak luar,” ujarnya.

Namun, dalam sebuah jurnalnya, M Husein Sawit, pengamat perberasan, mensinyalir data impor beras yang dipublikasikan Badan Pusat Statistik selama ini jauh lebih rendah dibandingkan dengan data lembaga-lembaga internasional. Sumber data BPS hanya berasal dari laporan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, sedangkan lembaga asing berdasarkan pada laporan para eksportir beras utama dunia.

Sebagai gambaran, laporan The Rice Report, Departemen Pertanian Amerika Serikat (USDA), dan Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia (FAO) pada tahun 2005 mencatat impor beras Indonesia masing-masing mencapai 555.000 ton, 575.000 ton, dan 650.000 ton. Namun, pada saat yang sama, BPS hanya mencatat impor sebesar 250.000 ton.

”Ini menegaskan kembali bahwa kecurigaan adanya impor beras ilegal telah terjadi. Beras ilegal ini bocor melalui pelabuhan tidak resmi atau terjadi under invoice (laporan beras yang disampaikan kepada petugas bea dan cukai lebih kecil dibandingkan dengan yang seharusnya),” tutur Husein. (OIN)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com