Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sikap Chandra Ditentukan Keputusan Komite Etik

Kompas.com - 24/09/2011, 16:02 WIB
Khaerudin

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Seusai menggelar konferensi pers secara resmi menanggapi berbagai tudingan terhadapnya di Komisi Pemberantasan Korupsi, Jumat (23/9/2011) sore, malam harinya Wakil Ketua KPK Chandra M Hamzah secara eksklusif melayani wawancara dengan Kompas.

Dalam kesempatan itu, Chandra bercerita banyak, mulai soal isu mundur, siapa pihak yang berada di balik skenario pelemahan pemberantasan korupsi oleh KPK, hingga tentang pengacara hitam yang menjadi operator tudingan-tudingan miring tentang dirinya dan KPK.

Chandra juga bicara tentang penanganan KPK terhadap Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum yang disebut mantan Bendahara Umum Demokrat Muhammad Nazaruddin ikut menerima aliran dana haram berbagai proyek kementerian yang dibiayai APBN.

Pembicaraan diselingi dengan beberapa kali off the record. Tentang isu mundur dari pimpinan KPK, Chandra mengungkapkan bahwa sikapnya akan sangat tergantung pada keputusan Komite Etik KPK.

”Yang bisa saya sampaikan adalah, pertama, saya menjelaskan pada Komite Etik bahwa jelas saya punya sikap apa yang saya lakukan adalah benar dan sikap ini akan saya tunjukkan untuk menanggapi putusan Komite Etik,” kata Chandra.

Chandra memastikan, apa pun keputusan yang dia ambil setelah keputusan Komite Etik itu adalah yang terbaik buat KPK dan masa depan pemberantasan korupsi di Indonesia.

”Buat saya ini (keputusan Komite Etik) adalah dasar keputusan saya, mana yang paling baik untuk KPK. Saya enggak tahu keputusan Komite Etik,” katanya.

Apakah itu berarti jika Komite Etik menyatakan Chandra melanggar kode etik dia akan mundur dari KPK? ”Tentu saja saya enggak melihat dari hitam putih begitu. Karena itu, saya akan sampaikan sebagai reaksi, tanggapan saya terhadap keputusan Komite Etik seperti apa. Komite Etik memandang saya seperti apa. Karena saya yakin yang saya lakukan sesuai dengan apa yang menjadi tugas dan tanggung jawab saya,” ujar Chandra.

Beberapa kali Chandra menyalakan rokok dan menghela napas agak panjang menjawab pertanyaan Kompas. Dia bercerita soal perdebatannya dengan Komite Etik tentang apakah yang dia lakukan, yakni bertemu dengan Nazaruddin, Anas, dan sejumlah politikus Partai Demokrat, seperti Benny K Harman dan Saan Mustopa, melanggar kode etik.

”Saya berdebat habis di Komite Etik,” katanya. Sebelumnya dalam jumpa pers di KPK, Chandra menyampaikan time line yang menjelaskan kronologi pertemuannya bersama Nazaruddin, Anas, dan kawan-kawan dengan kasus-kasus yang melibatkan Nazaruddin.

Dalam perdebatan di Komite Etik, menurut Chandra, dia, antara lain, menyampaikan bagaimana ketatnya KPK menyatakan seseorang bersalah atau tidak. ”Kemudian saya sampaikan kepada Komite Etik, misalnya, kita di KPK menyatakan seseorang bersalah atau tidak sangat hati-hati. Ada niat jahat, ada keinginan berbuat salah, ada tujuan, tempusnya. Itu yang saya sampaikan ke Komite Etik dan itu yang kami terapkan di KPK,” kata Chandra. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Disambangi Bima Arya, Golkar Tetap Condong ke Ridwan Kamil untuk Pilkada Jabar

    Disambangi Bima Arya, Golkar Tetap Condong ke Ridwan Kamil untuk Pilkada Jabar

    Nasional
    Beri Pesan untuk Prabowo, Try Sutrisno: Jangan Sampai Tonjolkan Kejelekan di Muka Umum

    Beri Pesan untuk Prabowo, Try Sutrisno: Jangan Sampai Tonjolkan Kejelekan di Muka Umum

    Nasional
    Golkar Minta Anies Pikir Ulang Maju Pilkada DKI, Singgung Pernyataan Saat Debat Capres

    Golkar Minta Anies Pikir Ulang Maju Pilkada DKI, Singgung Pernyataan Saat Debat Capres

    Nasional
    Marinir Sebut Lettu Eko Tewas karena Bunuh Diri, Ini Kronologinya

    Marinir Sebut Lettu Eko Tewas karena Bunuh Diri, Ini Kronologinya

    Nasional
    Ketua Komisi VIII Cecar Kemenhub Soal Pesawat Haji Terbakar di Makassar

    Ketua Komisi VIII Cecar Kemenhub Soal Pesawat Haji Terbakar di Makassar

    Nasional
    MPR Akan Bertemu Amien Rais, Bamsoet: Kami Akan Tanya Mengapa Ingin Ubah UUD 1945

    MPR Akan Bertemu Amien Rais, Bamsoet: Kami Akan Tanya Mengapa Ingin Ubah UUD 1945

    Nasional
    Jemaah Haji Indonesia Mulai Diberangkatkan dari Madinah ke Mekkah

    Jemaah Haji Indonesia Mulai Diberangkatkan dari Madinah ke Mekkah

    Nasional
    Bertemu PM Tajikistan di Bali, Jokowi Bahas Kerja Sama Pengelolaan Air

    Bertemu PM Tajikistan di Bali, Jokowi Bahas Kerja Sama Pengelolaan Air

    Nasional
    Kementan Kirim Durian ke Rumah Dinas SYL, Ada yang Capai Rp 46 Juta

    Kementan Kirim Durian ke Rumah Dinas SYL, Ada yang Capai Rp 46 Juta

    Nasional
    Momen Eks Pejabat Bea Cukai Hindari Wartawan di KPK, Tumpangi Ojol yang Belum Dipesan

    Momen Eks Pejabat Bea Cukai Hindari Wartawan di KPK, Tumpangi Ojol yang Belum Dipesan

    Nasional
    Jokowi Bertemu Puan di WWF 2024, Said Abdullah: Pemimpin Negara Harus Padu

    Jokowi Bertemu Puan di WWF 2024, Said Abdullah: Pemimpin Negara Harus Padu

    Nasional
    Menkumham Mengaku di Luar Negeri Saat Rapat Persetujuan Revisi UU MK

    Menkumham Mengaku di Luar Negeri Saat Rapat Persetujuan Revisi UU MK

    Nasional
    Ekspresi Prabowo Diperkenalkan Jokowi sebagai Presiden Terpilih di WWF Ke-10 di Bali

    Ekspresi Prabowo Diperkenalkan Jokowi sebagai Presiden Terpilih di WWF Ke-10 di Bali

    Nasional
    Pemerintah Diminta Aktif dan Perketat Pengawasan Pengelolaan Dana Desa

    Pemerintah Diminta Aktif dan Perketat Pengawasan Pengelolaan Dana Desa

    Nasional
    4 Faktor Pemicu Dana Desa Jadi 'Lahan Basah' Korupsi

    4 Faktor Pemicu Dana Desa Jadi "Lahan Basah" Korupsi

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com