JAKARTA, KOMPAS.com- Kasus dugaan korupsi dalam pembangunan wisma atlet untuk SEA Games di Palembang telah membuat Yulianis, mantan pegawai Muhammad Nazaruddin, hidup berpindah-pindah sejak 21 April 2011. Mantan Wakil Direktur Keuangan Grup Permai, induk perusahaan Nazaruddin, ini masih dapat menghubung keluarga besarnya, namun keluarga besarnya tidak dapat menghubunginya.
"Jangan bertanya sekarang saya tinggal di mana dan dalam perlindungan siapa," pinta Yulianis saat bertemu Kompas dan Tribun di sebuah rumah makan di Plaza Senayan, Jakarta, Selasa (13/9/2011) sore kemarin. Untuk menjaga berbagai kemungkinan, dia mohon agar berita tentang pertemuannya itu baru diturunkan pada Rabu ini.
Yulianis dinilai mengetahui banyak hal tentang Nazaruddin, bekas Bendahara Umum Partai Demokrat. Pasalnya, Yulianis yang mencatat dan ikut mengantarkan uang yang dikendalikan Nazaruddin, dalam Kongres Partai Demokrat di Bandung, Mei 2010.
Uang itu masing-masing dari perusahaan Grup Permai sebesar Rp 30 miliar dan 2 juta dollar Amerika Serikat (AS), serta 3 juta dollar AS yang berasal dari sumbangan.
Sejak awal 2009, Yulianis juga dipercaya membawa buku catatan keuangan Nazaruddin. Saat menerima buku itu dari Neneng Sri Wahyuni, istri Nazaruddin, sudah ada tulisan CDR yang belakangan diduga sebagai inisial Wakil Ketua KPK Chandra M Hamzah.
Berbagai catatan penting itu membuat Yulianis merasa dicari oleh banyak pihak, seperti Nazaruddin dan juga KPK. Untuk itu, sejak 21 April 2011, dia hidup berpindah-pindah, dari hotel, apartemen, dan kontrakan.
Untuk menjaga keselamatannya, saat bersaksi di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi pada Agustus lalu, Yulianis juga mengenakan cadar untuk menutupi wajahnya.
Tidak Betah
Yulianis mengaku mulai bekerja di Grup Permai sejak September 2008 sebagai staf keuangan. Pada September 2009, dia mengundurkan diri karena merasa tidak nyaman. Namun, Januari 2010 dia kembali bekerja di perusahaan itu setelah Nazaruddin menemuinya dan memintanya kembali bekerja dengan cara berkata, "Saya kenal keluarga kamu. Saya tahu istri dan anak kamu. Sebaiknya kamu berpikir untuk bekerja lagi."
Pada awal 2011, Yulianis sempat diperingatkan oleh kakaknya untuk keluar dari Grup Permai. Permintaan itu dipicu oleh mulai munculnya sejumlah berita miring tentang Nazaruddin, seperti dugaan pelecehan terhadap perempuan hingga penganiayaan. Namun, Yulianis takut untuk keluar, di samping mengkhawatirkan stafnya yang berjumlah 20 orang.
Kini, Yulianis hanya berharap agar hidupnya dapat kembali normal. Sehingga peristiwa seperti Lebaran lalu, di mana untuk bertemu keluarga besarnya dia harus meminta mereka berkumpul di suatu tempat, tidak lagi terulang.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.