Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terasering Hijaukan Lingkungan

Kompas.com - 14/09/2011, 04:23 WIB

Komoditas yang ditanam saat itu adalah padi dan jagung dengan air mengandalkan dari hujan. ”Alasan membuat teras, terutama terasering, dengan maksud untuk mengantisipasi erosi dan mempertahankan kesuburan tanah. Bagaimanapun saya berniat tidak lagi melakukan ladang berpindah. Jadi, kesuburan tanah mutlak dipertahankan,” ucapnya.

Awalnya, metode terasering ini dicemooh warga. Mereka ragu yang dikerjakan Madroji akan membuahkan hasil. Tanpa memedulikan cemoohan itu, Madroji terus berusaha hingga akhirnya mulai mendapat perhatian. Pada 1991, ia dipanggil oleh Dinas Kehutanan Kabupaten Banjar untuk mengikuti pelatihan soal konservasi lahan di Sidoarjo, Jawa Timur, selama lima hari.

Diikuti warga

Setahun kemudian, ia dikirim untuk mengikuti pelatihan serupa di Bogor, Jawa Barat, selama sepekan. Teori yang diperoleh dari pelatihan itu memperkaya pengetahuannya tentang pengolahan lahan kering. Ia pun akhirnya mengenal baik jenis teras yang lain, seperti teras-individu dan teras-bangku berikut cara pembuatannya.

Teras-teras itu pun diaplikasikan pada tanah dan jenis tanaman berbeda. Teras-individu dimanfaatkan untuk menanam pepohonan besar pada lahan yang kemiringannya di atas 45 derajat, teras-bangku untuk lahan yang kemiringannya 10-15 derajat, dan terasering sendiri untuk tanaman pangan di lahan yang kemiringannya kurang dari 45 derajat.

”Seiring waktu, model terasering banyak diikuti warga lain. Saya sendiri berusaha mengajarkan kepada mereka bagaimana cara membuatnya,” tutur Madroji yang mengaku tidak pernah meminta imbalan atas jasanya tersebut.

Tidak hanya memelopori terasering, pada 1994 Madroji bersama kelompok taninya juga mulai melakukan penghijauan (reboisasi) secara swadaya di lahan masyarakat. Bibit pohon berasal dari pemerintah. Ia hanya menanggung bibit kekurangannya karena sebagian warga di pelosok biasanya tidak kebagian bantuan bibit dari pusat.

Tercatat ada 20.000 bibit yang ditanam pada tahun pertama reboisasi, seperti mahoni, sengon, dan jati. Jumlahnya terus meningkat dari tahun ke tahun. Catatan BLH Kabupaten Banjar, luas reboisasi yang telah mereka lakukan mencapai 208 hektar. Madroji pun dikenal sebagai pelestari keanekaragaman hayati lantaran mempertahankan sejumlah bibit tanaman yang dianggap langka.

Setelah hampir 10 tahun melakukan reboisasi swadaya bersama kelompok tani dan mampu menaklukkan tanah kering dengan cara terasering, akhirnya pada 2004 ia mulai dilirik perusahaan tambang batubara yang banyak terdapat di tempat itu. Setiap tahun, ada dua-tiga perusahaan yang meminta bantuannya guna mereklamasi bekas galian.

Seperti pada lahan umumnya, ia pun kerap menggunakan sistem terasering di lahan bekas tambang dan tentu saja ditambah perlakuan khusus untuk ”menjinakkan” sisa batubara. Sudah ada sekitar 400 hektar bekas tambang yang direklamasi oleh perusahaan bersama Madroji.

Meski sudah dilirik perusahaan tambang, pekerjaannya sebagai ketua kelompok tani tetap ia jalankan. Jabatan sebagai penyuluh kehutanan swadaya yang diberikan pemerintah daerah pada 2005 terus ia laksanakan. Dia tetap memberikan penyuluhan kepada petani dan warga yang tinggal di sekitar hutan.

Ia juga kerap mengikuti berbagai kegiatan yang bersifat penyuluhan. Atas jasanya ini, pada 2011 dia menjadi salah satu dari dua warga Kalimantan Selatan yang diajukan oleh pemerintah daerah untuk mendapatkan penghargaan Kalpataru.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com