Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

19 Kepala Daerah ke AS

Kompas.com - 12/09/2011, 21:39 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Sebanyak 19 bupati/wali kota dan kepala badan perencanaan pembangunan segera berangkat ke Harvard Kennedy School of Government, Amerika Serikat.

Padahal, sistem pemerintahan dan pelayanan publik Amerika Serikat berbeda dengan Indonesia.

Kepala Badan Pendidikan dan Latihan Kementerian Dalam Negeri Tarmizi A Karim, Senin (12/9/2011) di Jakarta, mengatakan, pelatihan singkat ini diberikan kepada bupati/wali kota yang sudah mengikuti diklat orientasi kepemimpinan dan dinilai berprestasi.

Harapannya, ada peningkatan kapasitas, penguatan institusi, dan belajar dari pengalaman pemerintahan di AS.

Para bupati/wali kota dan kepala Bappeda yang akan berangkat pada 16 September-13 Oktober itu berasal dari Serdang Bedagai, Samosir, Agam, Solok Selatan, Bengkalis, Sukabumi, Gresik, Kota Kediri, Banyuwangi, Kabupaten Malang, Kota Banjarbaru, Kutai Kartanegara, Kota Denpasar, Sumbawa Barat, Luwu Utara, Mamuju, Poso, Kota Ternate, dan Kabupaten Lampung Selatan.

Sepulang dari diklat, evaluasi triwulan dilakukan untuk memantau hasilnya, terutama dalam penguatan pelayanan publik, reformasi birokrasi, dan tata kelola pemerintahan yang efisien.

Menurut Kepala Pusat Penerangan Kemendagri Reydonnyzar Moenek, akomodasi dan biaya pelatihan ditangani Rajawali Foundation yang bekerja sama dengan Harvard Kennedy School of Government.

Biaya perjalanan dan uang saku para kepala daerah dan kepala Bappeda ditanggung APBD, sedangkan untuk dua pendamping dari Kemendagri diambil dari APBN.

Secara terpisah, Guru Besar Administrasi Negara FISIP Universitas Gadjah Mada Yogyakarta menilai kepala daerah adalah jabatan politik, bukan administrasi. Karenanya, diklat sebaiknya lebih pada keterampilan politik, seperti cara mengegolkan kebijakan politik dan meningkatkan kualitas kebijakan politik.

Di sisi lain, pemilihan AS sebagai tempat belajar pemerintahan terasa janggal, kecuali hanya untuk memanfaatkan program bantuan luar negeri. Sebab, AS negara federal, sedangkan Indonesia negara kesatuan.

Penyelenggaraan pelayanan publik, misalnya layanan kesehatan, di AS pun lebih banyak dilakukan pihak swasta dengan sistem pasar bebas. Badan perencanaan pembangunan di AS pun tidak terlalu berkembang sebab fokusnya pada perencanaan pembangunan fisik, bukan perencanaan ekonomi seperti di Indonesia.

Karena itu, Sofian menilai sebaiknya diklat dilakukan di negara-negara Asia Timur, seperti Korea Selatan atau Thailand. Bahkan, Australia dinilai lebih mirip dengan Indonesia karena negara ini mengadopsi sistem Inggris, bahwa pelayanan publik adalah kewajiban pemerintah.

Reydonnyzar membantah. Menurut dia, Kemendagri sangat selektif mencari lokasi diklat. Harvard Kennedy School of Government adalah lembaga pendidikan terbaik yang banyak dipilih birokrat Asia. Karenanya, ini kesempatan kepala daerah menambah pengalaman, pemahaman, dan wawasan selama tiga minggu di AS.

Bahkan, kata Tarmizi, tahun depan direncanakan pengajar dari AS akan diundang untuk mengisi diklat.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Anies Pertimbangkan Maju Pilkada DKI, PKS: Kita Lagi Cari yang Fokus Urus Jakarta

Anies Pertimbangkan Maju Pilkada DKI, PKS: Kita Lagi Cari yang Fokus Urus Jakarta

Nasional
Momen Menarik di WWF Ke-10 di Bali: Jokowi Sambut Puan, Prabowo Dikenalkan sebagai Presiden Terpilih

Momen Menarik di WWF Ke-10 di Bali: Jokowi Sambut Puan, Prabowo Dikenalkan sebagai Presiden Terpilih

Nasional
Perkenalkan Istilah ‘Geo-cybernetics’, Lemhannas: AI Bikin Tantangan Makin Kompleks

Perkenalkan Istilah ‘Geo-cybernetics’, Lemhannas: AI Bikin Tantangan Makin Kompleks

Nasional
Megawati Disebut Lebih Berpeluang Bertemu Prabowo, Pengamat: Jokowi Akan Jadi Masa Lalu

Megawati Disebut Lebih Berpeluang Bertemu Prabowo, Pengamat: Jokowi Akan Jadi Masa Lalu

Nasional
Laporkan Dewas ke Bareskrim, Wakil Ketua KPK Bantah Dirinya Problematik

Laporkan Dewas ke Bareskrim, Wakil Ketua KPK Bantah Dirinya Problematik

Nasional
Kolaborasi Pertamina–Mandalika Racing Series Dukung Pembalap Muda Bersaing di Kancah Internasional

Kolaborasi Pertamina–Mandalika Racing Series Dukung Pembalap Muda Bersaing di Kancah Internasional

Nasional
Harkitnas, Fahira Idris Tekankan Pentingnya Penguasaan Iptek untuk Capai Visi Indonesia Emas 2045

Harkitnas, Fahira Idris Tekankan Pentingnya Penguasaan Iptek untuk Capai Visi Indonesia Emas 2045

Nasional
Sempat Sebut Lettu Eko Meninggal karena Malaria, Dankormar: Untuk Jaga Marwah Keluarga

Sempat Sebut Lettu Eko Meninggal karena Malaria, Dankormar: Untuk Jaga Marwah Keluarga

Nasional
Yasonna Berharap Program PPHAM Dilanjutkan oleh Pemerintahan Prabowo-Gibran

Yasonna Berharap Program PPHAM Dilanjutkan oleh Pemerintahan Prabowo-Gibran

Nasional
Di WWF 2024, Jokowi Ajak Semua Pihak Wujudkan Tata Kelola Air yang Inklusif dan Berkelanjutan

Di WWF 2024, Jokowi Ajak Semua Pihak Wujudkan Tata Kelola Air yang Inklusif dan Berkelanjutan

Nasional
KSP Sebut Bakal Pertimbangkan Nama-nama Pansel KPK Rekomendasi ICW

KSP Sebut Bakal Pertimbangkan Nama-nama Pansel KPK Rekomendasi ICW

Nasional
Kementan Rutin Kirim Durian Musang King, SYL: Keluarga Saya Tak Suka, Demi Allah

Kementan Rutin Kirim Durian Musang King, SYL: Keluarga Saya Tak Suka, Demi Allah

Nasional
Jokowi-Puan Bertemu di WWF 2024, Pengamat: Tidak Akan Buat Megawati Oleng

Jokowi-Puan Bertemu di WWF 2024, Pengamat: Tidak Akan Buat Megawati Oleng

Nasional
56.750 Jemaah Haji Tiba di Madinah, 6 Orang Dikabarkan Wafat

56.750 Jemaah Haji Tiba di Madinah, 6 Orang Dikabarkan Wafat

Nasional
Ingatkan Soal Kuota Haji Tambahan, Anggota DPR: Jangan Sampai Dipanggil KPK

Ingatkan Soal Kuota Haji Tambahan, Anggota DPR: Jangan Sampai Dipanggil KPK

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com