Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Peraih Penghargaan Ramon Magsaysay

Kompas.com - 10/08/2011, 03:30 WIB

Guna mengubah sikap masyarakat itu, Hasanain menemui warga dan mengajak mereka berdialog. Ia membuka cakrawala berpikir mereka, bahkan memfasilitasinya dengan dana.

”Sesungguhnya keinginan untuk memperbaiki sudah ada pada manusia itu sendiri,” ujar pendiri ponpes yang bermula dari 50 santri pada 1996 ini.

Di Dusun Gunung Jahe, kawasan Hutan Sesaot, Lombok Barat, misalnya, dia menyediakan 2.000 pohon bagi satu kepala keluarga, 5 sapi, dan 1.000 ayam. Dengan kewajiban menanam lahan yang gundul dengan pohon yang disediakan itu, hasil pengembangan sapi dan ayam tersebut sebagian besar diambil warga. Hasilnya, sekitar 36 hektar kawasan itu dihutankan kembali.

Untuk warga di Dusun Batumulik, dia membuatkan demplot pembibitan tanaman. Warga diajari teknis pembibitan. Sedangkan sumber bibitnya diambil dari serakan buah pohon dan anakan dalam hutan. Secara gratis, warga mendapatkan hasil perbanyakan bibit untuk ditanam lagi di ladang dan kebun mereka.

Satu kata dan perbuatan

Sebagai panutan yang bergelar tuan guru, Hasanain tak asal bicara. Ia menunjukkan kerjanya kepada 500 santri putri dan 400 santri putra.

”Sekarang sudah ada kontainer penampung sampah. Dulu, sampah berserakan di areal pondok,” ceritanya. Ketika itu, sampah yang diproduksi ponpes mencapai satu ton per hari.

Jadilah setiap hari Hasanain bertindak sebagai ”kuda” penarik gerobak, diikuti para santri putri yang mendorong gerobak itu. Sampah dalam gerobak dibuang ke lokasi yang berjarak sekitar 1 kilometer dari ponpes. Kegiatan ini berlangsung selama dua tahun.

Dengan cara itu, Hasanain menunjukkan selarasnya perkataan dan perbuatan. Itu juga merupakan upayanya menanamkan rasa tanggung jawab, etos kerja, dan solidaritas kepada para santri bahwa apa yang ada di depan mata harus ditangani bersama, tak terkecuali perempuan.

”Jangan heran jika di sini ada santriwati yang nyopir traktor atau merakit software komputer dalam tempo sekitar 15 menit,” ungkapnya mencontohkan tentang pendidikan jender yang tak sekadar teori di ponpesnya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com