Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tumpukan Bara Papua

Kompas.com - 09/08/2011, 02:05 WIB

Dalam kebuntuan macet total ini, yang justru terus berkembang dari hari ke hari adalah kecurigaan dan tuduhan-tuduhan yang dilansir oleh kedua belah pihak. Dari pihak orang Papua yang terus dihantui banjir pendatang tanpa henti, muncul kecurigaan bahwa pemerintah pusat sengaja menerapkan taktik penundaan justru untuk memasukkan pendatang lebih banyak lagi ke Tanah Papua. Memang di beberapa kota utama, seperti Jayapura, Manokwari, dan Merauke, proporsi pendatang sudah hampir mencapai dua pertiga dari jumlah penduduk ketiga kota itu.

Kecurigaan vertikal ini sudah menjalar menjadi kecurigaan horizontal antarkelompok penduduk asli dengan kelompok pendatang, Jenis dan tingkat kecurigaan berbasis asal daerah ini diperparah lagi oleh kenyataan bahwa para pendatang umumnya Muslim dari Jawa, Bugis, dan Maluku, sedangkan para penduduk asli di utara Papua adalah penganut Protestan, sementara di selatan beragama Katolik.

Para pendatang Muslim dari Jawa dan Bugis di kota-kota utama juga jauh lebih sejahtera dibandingkan dengan penduduk Papua asli, yang pada gilirannya memicu kecurigaan dan kecemburuan sosial berlapis-lapis. Keterpurukan orang Papua dalam pendidikan dan ekonomi semakin mencolok di wilayah rawa-rawa sepanjang sungai dan di pegunungan.

Berbagai perbedaan dan kesenjangan ini adalah lahan kering konflik yang siap terbakar sewaktu-waktu. Situasi belakangan ini, yang diperparah oleh pelaksanaan sejumlah pilkada di Papua, membuat atmosfer kehidupan semakin tegang, penuh curiga, dan sangat ringkih.

Sebaliknya, pemerintah pusat justru sangat takut dan curiga. Jika MRP juga diberi wewenang dalam politik, keputusan pertama yang akan dibuat adalah Deklarasi Kemerdekaan Papua. Kecurigaan dan ketakutan khususnya sangat kuat di kalangan militer, kepolisian, pemerintah pusat, dan para pendatang di Papua.

Pemerintah Jakarta juga khawatir dengan kekuatan bersenjata orang Papua dan lobi internasional yang gencar dilakukan para perantau Papua di luar negeri, khususnya di Australia, Inggris, daratan Eropa, dan AS. Kedua kekhawatiran yang disebut terakhir itu, menurut beberapa pengamat, agak berlebihan.

Solusi

Jalan keluar yang diambil oleh pihak mana pun sangat tergantung pada pemahaman atas inti pertikaian dan tingkat signifikansi dari faktor-faktor lain yang memperparah penumpukan bara konflik di Papua. Pemerintah pusat lebih melihat masalah Papua sebagai masalah ”administratif-teknokratik”, dan arena itu sama sekali bukan masalah politik. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika solusi yang ditawarkan adalah penciptaan provinsi baru: Papua Tengah.

Di pihak lain, orang Papua tetap bersiteguh bahwa inti masalah adalah wewenang politik yang ditahan itu. Solusinya: reformulasi otsus yang memberikan wewenang seluas-luasnya kepada orang Papua. Buntu, tentu saja.

Untuk menembus kebuntuan diusulkan langkah-langkah sebagai berikut: (1) tunda penciptaan Provinsi Papua Tengah sampai tercapainya kesepakatan politik baru; (2) sepakati penunjukan mediator nasional yang dapat diperankan oleh LIPI dan lembaga agama lokal; (3) segera selenggarakan ”komunikasi konstruktif” yang diusulkan Presiden SBY tahun lalu; (4) hapus program transmigrasi ke Papua dan stop banjir pendatang; serta (5) kurangi personel militer di Papua, perbanyak satuan Polri hingga desa-desa terpencil. Semoga berhasil.

Tamrin Amal Tomagola Sosiolog; Pemerhati Negara dan Masyarakat

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com