Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lindungi KPK dari Sekarang!

Kompas.com - 01/08/2011, 21:01 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Koalisi Masyarakat Sipil mengukuhkan dukungan sepenuhnya untuk perlindungan Komisi Pemberantasan Korupsi. Hal ini disampaikan mengingat adanya dugaan pelemahan KPK sebagai institusi penegak hukum.

Pelemahan ini berawal dari internal KPK, seperti Ade Raharja, Chandra M Hamzah, dan Johan Budi, yang dikabarkan melakukan pertemuan dengan Nazaruddin. Hal ini dianggap melanggar kode etik karena Nazaruddin adalah orang yang disebut-sebut terlibat dalam sejumlah kasus korupsi di KPK.

Selain itu, juga pernyataan kontroversial Ketua DPR Marzuki Alie yang melempar wacana mengenai pembubaran lembaga antikorupsi itu. "Kita semua mendukung agar KPK dilindungi, bukan orang-orang di dalamnya, tetapi lembaga KPK-nya. Oleh karena itu, ke depan KPK harus diisi oleh orang-orang yang memiliki integritas tinggi karena sisi lain lemahnya KPK juga berasal dari unsur internal sendiri," ujar pengamat kepolisian, Bambang Widodo Umar, di Kantor LBH, Jakarta Pusat, Senin (1/8/2011).

Perlindungan ini, kata Bambang, harus dimulai dari mengawal pemilihan calon pimpinan KPK dalam seleksi di Pansel KPK. Menurut Bambang, ada beberapa nama yang penting untuk diperjuangkan karena memiliki kredibilitas.

"Nama calon, seperti Bambang Widjajanto, termasuk kredibel. Oleh karena itu, kita harus mencermati pemilihan calon pimpinan KPK hingga selesai. Diperlukan juga tim independen untuk seleksi kredibilitas moral sebagai filter ketat sehingga nama-nama yang dipilih itu benar-benar bersih," kata Bambang.

Sementara itu, menurut tokoh lintas agama, Romo Benny Susetyo, sejak dini nama-nama yang dipercaya atau dianggap kredibel harus diungkapkan kepada publik. Hal ini agar baik media maupun masyarakat tetap mengawal nama yang dapat dipercaya memimpin KPK.

"Kita harus mendukung nama-nama yang benar-benar memiliki integritas, terus dikawal. Media juga harus mengawal. Jika nama-nama tersebut gagal di DPR, berarti perlu dipertanyakan publik, mengapa nama yang kuat justru digugurkan DPR," kata Romo Benny.

Terakhir, Emerson Junto, aktivis dari Indonesia Corruption Watch (ICW),  menegaskan, pemilihan pimpinan KPK yang terbaik merupakan bentuk penyelamatan KPK dari internalnya yang melakukan penyimpangan. Oleh karena itu, Pansel dan DPR harus selektif memilih tanpa dibayangi kepentingan tertentu.

"Kita dukung adalah pilihan yang terbaik. Jangan sampai KPK dibajak di Pansel dan di DPR. Jangan sampai dipilih orang yang serigala berbulu domba," tandas Emerson.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Tinggalkan KPK, Dirut Nonaktif PT Taspen Irit Bicara Sembari Bawa Sate

    Tinggalkan KPK, Dirut Nonaktif PT Taspen Irit Bicara Sembari Bawa Sate

    Nasional
    Tanggal 10 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

    Tanggal 10 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

    Nasional
    Usul Prabowo Tambah Kementerian Diharap Bukan Politik Akomodatif

    Usul Prabowo Tambah Kementerian Diharap Bukan Politik Akomodatif

    Nasional
    Pakar Ungkap 'Gerilya' Wacana Tambah Kementerian Cukup Gencar

    Pakar Ungkap "Gerilya" Wacana Tambah Kementerian Cukup Gencar

    Nasional
    Daftar Kepala BIN dari Masa ke Masa, Zulkifli Lubis hingga Budi Gunawan

    Daftar Kepala BIN dari Masa ke Masa, Zulkifli Lubis hingga Budi Gunawan

    Nasional
    Gelar Halalbihalal, MUI Gaungkan Pesan Kemanusiaan untuk Korban Genosida di Gaza

    Gelar Halalbihalal, MUI Gaungkan Pesan Kemanusiaan untuk Korban Genosida di Gaza

    Nasional
    Perjalanan BIN 6 Kali Berganti Nama, dari Brani hingga Bakin

    Perjalanan BIN 6 Kali Berganti Nama, dari Brani hingga Bakin

    Nasional
    'Prabowo Banyak Dikritik jika Tambah Kementerian, Baiknya Jaga Kebatinan Rakyat yang Sedang Sulit'

    "Prabowo Banyak Dikritik jika Tambah Kementerian, Baiknya Jaga Kebatinan Rakyat yang Sedang Sulit"

    Nasional
    Pengamat Nilai Putusan MK Terkait Sengketa Pilpres Jadi Motivasi Kandidat Pilkada Berbuat Curang

    Pengamat Nilai Putusan MK Terkait Sengketa Pilpres Jadi Motivasi Kandidat Pilkada Berbuat Curang

    Nasional
    PPP Papua Tengah Klaim Pegang Bukti Kehilangan 190.000 Suara pada Pileg 2024

    PPP Papua Tengah Klaim Pegang Bukti Kehilangan 190.000 Suara pada Pileg 2024

    Nasional
    Koarmada II Kerahkan 9 Kapal Perang untuk Latihan Operasi Laut Gabungan 2024, Termasuk KRI Alugoro

    Koarmada II Kerahkan 9 Kapal Perang untuk Latihan Operasi Laut Gabungan 2024, Termasuk KRI Alugoro

    Nasional
    Kandidat Versus Kotak Kosong pada Pilkada 2024 Diperkirakan Bertambah

    Kandidat Versus Kotak Kosong pada Pilkada 2024 Diperkirakan Bertambah

    Nasional
    Rencana Prabowo Bentuk 41 Kementerian Dinilai Pemborosan Uang Negara

    Rencana Prabowo Bentuk 41 Kementerian Dinilai Pemborosan Uang Negara

    Nasional
    Di MIKTA Speakers’ Consultation Ke-10, Puan Suarakan Urgensi Gencatan Senjata di Gaza

    Di MIKTA Speakers’ Consultation Ke-10, Puan Suarakan Urgensi Gencatan Senjata di Gaza

    Nasional
    KPK Sebut Kasus Gus Muhdlor Lambat Karena OTT Tidak Sempurna

    KPK Sebut Kasus Gus Muhdlor Lambat Karena OTT Tidak Sempurna

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com