Tujuh hari menjelang bulan Ramadhan, Minggu (24/7), Kampung Alawiyyin di Lorong Sungai Bayas, Palembang, Sumatera Selatan, tampak memutih. Ribuan lelaki berdatangan ke lorong sempit itu sejak fajar masih pucat di ufuk timur. Sebagian berjalan kaki, sebagian naik
Kampung di tepian Sungai Musi itu menjadi lokasi puncak acara Haul dan Ziarah Kubra. Tradisi ini dilakukan turun-temurun kaum Alawiyyin setiap menjelang bulan puasa. Tujuannya mengenang kembali amal baik para alim ulama leluhur mereka yang dinilai telah berjasa mensyiarkan Islam di Palembang.
Kampung Alawiyyin adalah salah satu dari sekitar 20 kampung Arab di tepian Musi, Palembang. Kampung ini didirikan Habib Alawiyyin asal Hadramaut, Yaman selatan, ratusan tahun lalu.
Dimulai sejak 10 hari sebelum Ramadhan, Haul dan Ziarah Kubra dilaksanakan selama tiga hari. Tamu datang dari sejumlah daerah dan luar negeri, seperti Arab Saudi, Malaysia, dan Yaman. Kaum pria menyambut tamu di lorong kampung, sementara kaum perempuan hanya boleh melongok dari jendela. Anak-anak kampung larut dalam kekhusyukan kasidah dan irama
Rangkaian acara diawali dengan pembacaan Burdah dan Haul di dua rumah di pusat kampung. Konon, dua rumah panggung ini telah berusia ratusan tahun. Warga sekitar menyebutnya rumah
Menjelang siang, ribuan orang berangkat berarak-arakan. Tiga pemakaman dituju, yaitu Pemakaman Pangeran Syarif Ali, Pemakaman Kawah Tengkurep, dan Pemakaman Auliyah Kambang Koci. Ziarah berakhir di antara tumpukan peti kemas. Pemakaman terakhir, yaitu Kambang Koci, memang terletak di tengah pelabuhan peti kemas.
Makan bersama ala Timur Tengah dihidangkan sebagai penutup acara. Nasi minyak,