Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pistol Cabai untuk Panji Gumilang

Kompas.com - 04/07/2011, 12:39 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Sari Nurdin (53) dan Leli Hanim (50) langsung membuka gulungan tiga karton putih begitu datang ke ruang wartawan di Mabes Polri, Senin (3/6/2011). Setelah berlesehan di lantai, keduanya langsung menuliskan kata-kata satu per satu di karton itu dengan spidol hitam.

Tulisan di tiap karton adalah "Bubarkan NII", "Kembalikan Anak Kami Panji Gumilang", dan "Pembangunan Al-Zaytun Uang Anak Kami Tolong Kembalikan". Di tengah-tengah kesibukan itu, bergabung rekan mereka, Sarifah (52).

Persiapan itu dilakukan untuk menghadapi pemeriksaan Panji Gumilang, pimpinan Yayasan Pesantren Indonesia (YPI), yang disebut-sebut sebagai imam Negara Islam Indonesia (NII). Panji akan diperiksa sebagai tersangka dalam kasus pemalsuan akta otentik kepengurusan YPI.

Tak hanya poster, mereka juga telah mempersiapkan cairan cabai untuk disiramkan ke wajah Panji. Cairan cabai merah itu dimasukkan ke dalam pistol air dan satu bungkusan plastik.

Ketika diingatkan wartawan untuk tidak menyiramkan cabai itu agar tidak bermasalah dengan kepolisian, mereka menjawab kompak, "Enggak apa-apa." Sari menambahkan, "Inilah perjuangan seorang ibu untuk anaknya. Ini bukan untuk anak kami aja. Untuk orangtua lain yang senasib."

Mereka adalah ibu yang kehilangan anaknya akibat jaringan NII. Ketiganya mengaku sudah berkali-kali melaporkan kehilangan kepada kepolisian. "Kami sudah mengadu ke Polsek, Polda, sampai Mabes Polri, tetapi enggak ada tanggapan," kata Sari.

Sari menceritakan, putrinya, Lindya Lestari (25), pergi dari rumah sejak tahun 2007. Dia mengetahui anaknya bergabung dengan NII sejak kuliah di Universitas Trisakti tahun 2004. "Dia sering hilangin jam. Dibeliin yang baru terus dihilangin. Sering juga minta uang, sering berbohong," kata warga Pasar Minggu, Jakarta Timur, itu.

Sari sempat mencari tahu keberadaan putrinya. Akhirnya, putrinya diketahui tinggal di rumah kawannya yang juga bergabung dengan NII di kawasan Depok, Jawa Barat. Dia bersama suaminya lalu datang ditemani polisi dan Ketua RT setempat tahun 2010 .

"Saya langsung masuk ke rumah itu. Saya lihat anak saya lagi menonton. Saya langsung peluk, tetapi enggak ada reaksi apa-apa. Dia diam aja, seperti enggak kenal. Tatapannya kosong. Saya langsung dipisahin sama teman-temannya. Saya gigit tangan temannya. Polisi malah bilang selesain ini secara kekeluargaan," cerita dia sambil menangis.

Sebelum Panji datang, ketiganya nekat berorasi sambil membentangkan poster tepat di halaman Gedung Bareskrim Polri. Ketiganya mengecam Panji dan Pondok Pesantren Al Zaytun di Indramayu bentukan Panji. "Anak kami masih di Al-Zaytun. Mereka mengumpulkan dana," kata Leli.

Tak lebih dari 10 menit, orasi langsung dihentikan petugas. Beberapa polisi jaga mengambil poster dan meminta ketiganya keluar dari Mabes Polri. "Mau demo di luar, Ibu. Jangan di sini," kata seorang polisi.

Berbagai penjelasan dari ketiganya yang ingin bertemu dengan Panji tak dapat menghentikan sikap polisi. Ketiganya tetap diminta keluar dari Mabes Polri. Akhirnya, mereka keluar sebelum bertemu dan menyiramkan cabai ke Panji.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

    Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

    Nasional
    Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

    Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

    Nasional
    'Presidential Club' Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

    "Presidential Club" Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

    Nasional
    Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

    Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

    Nasional
    Gaya Politik Baru: 'Presidential Club'

    Gaya Politik Baru: "Presidential Club"

    Nasional
    Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

    Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

    Nasional
    Luhut Minta Orang 'Toxic' Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

    Luhut Minta Orang "Toxic" Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

    Nasional
    PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat 'Presidential Club'

    PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat "Presidential Club"

    Nasional
    Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

    Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

    Nasional
    Soal 'Presidential Club', Yusril: Yang Tidak Mau Datang, Enggak Apa-apa

    Soal "Presidential Club", Yusril: Yang Tidak Mau Datang, Enggak Apa-apa

    Nasional
    Soal Presidential Club, Prabowo Diragukan Bisa Didikte Presiden Terdahulu

    Soal Presidential Club, Prabowo Diragukan Bisa Didikte Presiden Terdahulu

    Nasional
    Soal 'Presidential Club', Golkar Yakin Prabowo Bisa Menyatukan para Presiden Terdahulu

    Soal "Presidential Club", Golkar Yakin Prabowo Bisa Menyatukan para Presiden Terdahulu

    Nasional
    Tanggapi Isu 'Presidential Club', PDI-P: Terlembaga atau Ajang Kongko?

    Tanggapi Isu "Presidential Club", PDI-P: Terlembaga atau Ajang Kongko?

    Nasional
    Cak Imin Sebut PKB Jaring Calon Kepala Daerah dengan 3 Kriteria

    Cak Imin Sebut PKB Jaring Calon Kepala Daerah dengan 3 Kriteria

    Nasional
    Golkar: 'Presidential Club' Bisa Permudah Prabowo Jalankan Pemerintahan

    Golkar: "Presidential Club" Bisa Permudah Prabowo Jalankan Pemerintahan

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com