Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mantan NII Siap Bantu Polisi Bongkar Dugaan Makar

Kompas.com - 04/07/2011, 07:39 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Sejumlah mantan aktivis Negara Islam Indonesia (NII) menyatakan siap membantu polisi untuk mengembangkan penyidikan terhadap pimpinan Pondok Pesantren Al-Zaytun, Panji Gumilang, ke arah dugaan kasus makar. Panji disebut-sebut sebagai pimpinan kelompok NII Komandemen Wilayah 9 (KW 9).

"Kita harapkan demikian, bisa dijerat yang kasus makar, ya harapan orang-orang tua yang kehilangan anak-anaknya (baca: NII KW9: Komandemen Penjaga NKRI?), harapannya begitu," kata Imam saat dihubungi Kompas.com, Minggu (3/7/2011).

Mabes Polri menetapkan Panji Gumilang sebagai tersangka dalam kasus dugaan pemalsuan dokumen terkait kepengurusan YPI. Penetapan tersebut merupakan pengembangan penyelidikan atas laporan Imam. Mantan Menteri Peningkatan Produksi NII itu melaporkan Panji Gumilang atas tuduhan memalsukan tanda tangan Imam dalam dokumen akta kepengurusan pengelolaan Pondok Pesantren Al-Zaytun, Indramayu, Jawa Barat.

Imam berharap kepolisian dapat mengembangkan penyidikan ke arah makar. Menurut Imam, sejumlah rekannya, yaitu sesama mantan pengurus NII, semakin solid untuk mendorong agar polisi dapat menjerat Panji ke dalam kasus dugaan makar setelah Panji ditetapkan sebagai tersangka.

"Saya tidak bekerja sendiri, setelah (Panji ditetapkan sebagai) tersangka, (dukungan) teman-teman semakin mengkristal, dari Jatim, Jateng, Jakarta, Banten, dan Bekasi, mereka akan berkontribusi," katanya.

Ia mengungkapkan, dia dan mantan pengurus NII lainnya telah bekerja mendorong pengusutan dugaan makar oleh kelompok NII sejak 2008, yaitu sejak Komjen Susno Duadji selaku Kepala Polda Jawa Barat saat itu menangkap sejumlah anggota NII terkait dugaan makar. "Sejak kasus itu di Polda Jabar," ucapnya.

Mabes Polri hingga kini masih mengumpulkan bukti-bukti terkait dugaan keterlibatan Panji dalam kasus dugaan makar. Kepala Bagian Penerangan Umum Polri Kombes Boy Rafli Amar menyampaikan, pihaknya masih berfokus pada perkara pemalsuan dokumen.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

    Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

    Nasional
    Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

    Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

    Nasional
    'Presidential Club' Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

    "Presidential Club" Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

    Nasional
    Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

    Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

    Nasional
    Gaya Politik Baru: 'Presidential Club'

    Gaya Politik Baru: "Presidential Club"

    Nasional
    Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

    Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

    Nasional
    Luhut Minta Orang 'Toxic' Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

    Luhut Minta Orang "Toxic" Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

    Nasional
    PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat 'Presidential Club'

    PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat "Presidential Club"

    Nasional
    Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

    Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

    Nasional
    Soal 'Presidential Club', Yusril: Yang Tidak Mau Datang, Enggak Apa-apa

    Soal "Presidential Club", Yusril: Yang Tidak Mau Datang, Enggak Apa-apa

    Nasional
    Soal Presidential Club, Prabowo Diragukan Bisa Didikte Presiden Terdahulu

    Soal Presidential Club, Prabowo Diragukan Bisa Didikte Presiden Terdahulu

    Nasional
    Soal 'Presidential Club', Golkar Yakin Prabowo Bisa Menyatukan para Presiden Terdahulu

    Soal "Presidential Club", Golkar Yakin Prabowo Bisa Menyatukan para Presiden Terdahulu

    Nasional
    Tanggapi Isu 'Presidential Club', PDI-P: Terlembaga atau Ajang Kongko?

    Tanggapi Isu "Presidential Club", PDI-P: Terlembaga atau Ajang Kongko?

    Nasional
    Cak Imin Sebut PKB Jaring Calon Kepala Daerah dengan 3 Kriteria

    Cak Imin Sebut PKB Jaring Calon Kepala Daerah dengan 3 Kriteria

    Nasional
    Golkar: 'Presidential Club' Bisa Permudah Prabowo Jalankan Pemerintahan

    Golkar: "Presidential Club" Bisa Permudah Prabowo Jalankan Pemerintahan

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com