Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Arsyad dan Nesha Vs Mahkamah Konstitusi

Kompas.com - 01/07/2011, 18:08 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Panja Mafia Pemilu meminta keterangan sejumlah staf Mahkamah Konstitusi di Gedung DPR, Jakarta, Kamis (30/06/2011). Mereka yang datang memenuhi panggilan adalah mantan panitera MK, Zainal Arifin, panitera pengganti Nalom Kurniawan, Sekretaris Panitera Alifah Rahmawaty, dan staf Muhammad Faiz. Juru panggil MK, Masyhuri Hasan, yang merupakan saksi kunci dalam kasus dugaan surat palsu tidak datang.

Sebelumnya, MK telah meminta keterangan mantan hakim konstitusi Arsyad Sanusi dan putrinya Neshawati Zulkarnain, Selasa (28/06/2011). Keduanya disebut-sebut terlibat dalam dugaan surat palsu MK terkait sengketa Pemilu 2009 di Daerah Pemilihan Sulawesi Selatan I. Sebelumnya pula, Kamis (23/6/2011), Tim Investigasi Mahkamah Konstitusi menyampaikan hasil investigasinya kepada Panja.

Arsyad dan Nesha membantah laporan tim investigasi MK dan pernyataan para staf MK. Bolehlah dibilang, bapak dan anak itu kini tengah berseteru dengan kubu internal MK. Mari kita tilik fakta-fakta yang dibeberkan di hadapan panja.

Hasil investigasi tim MK dibacakan Sekretaris Jenderal MK Janedjri M Gaffar. Janedjri membeberkan pembuatan konsep surat jawaban putusan MK palsu untuk Dewi Yasin Limpo. Menurutnya, dalam pemalsuan surat untuk Komisi Pemilihan Umum (KPU) itu, terlibat nama Arsyad dan putrinya, Nesha, beserta politikus Partai Hanura, Dewi Yasin Limpo. Mereka menggunakan jasa Masyhuri Hasan untuk membuat konsep surat yang memberikan tambahan kata "penambahan suara".

Diberitakan, Neshawati pernah menelpon Hasan dan memintanya pergi ke Apartemen Pejabat Tinggi di Kemayoran menemui Arsyad. Nesha membantah laporan tim investigasi. Ia mengaku tidak mengenal dekat Hasan, apalagi menelepon Hasan seperti yang dituturkan tim investigasi MK. Ia mengaku mengenal dan bertemu Hasan hanya sekali, yaitu di ITC Cempaka Mas saat dikenalkan keponakannya, Rara. Hasan, diakui Rara, sebagai pacarnya.

"Saya hanya sekali bertemu Hasan. Waktu itu saya sama Rara ke ITC Cempaka Mas. Waktu itu janjian perbaiki BB. Enggak lama kemudian Hasan datang, enggak tahu janjian atau apa. Cuma dikenalin, Hasan. Hanya sekali itu. Saya enggak pernah ketemu di rumah (Arsyad) maupun telepon Hasan," ujar Nesha kepada panja.

Ia pun tidak setuju dikatakan mengatur pertemuan antara ayahnya, Dewi Yasin Limpo, dan Hasan pada 16 Agustus 2009. Apalagi, ia baru mengenal Hasan sekali bersama Rara sebelum kejadian itu. Nesha juga mengaku kenal Dewi Yasin Limpo karena sama-sama dari Makassar. Namun, ia tak begitu kenal dekat dengan Dewi.  "Saya sudah berangkat ke Surabaya pada 15 Agustus 2009. Saya sama sekali tidak menelepon Hasan," katanya.

Senada dengan putrinya, Arsyad turut membantah laporan tim investigasi yang menyatakan dirinya mengenal dekat Hasan. Arsyad mengaku hanya mengetahui Hasan sebagai staf di MK. Menurut Arsyad, Hasan memang datang ke rumahnya. Tetapi, ia sama sekali tak mengundang Hasan. Tuturnya, Hasan datang untuk menemui Rara, itu pun ia ketahui dari istrinya.

"Hasan tidak pernah masuk di ruangan saya (ruangan di MK). Saya juga tidak pernah mengundang Hasan ke rumah saya. Waktu itu dia datang, istri saya yang bilang dia (Hasan) mau (menyukai) sama Rara," tutur Arsyad.

Saat itu, menurut cerita Arsyad, ia dan Hasan berada dalam ruang televisi. Hasan yang kemudian memulai pembicaraan menanyakan bagaimana membuat jawaban surat putusan MK yang diminta KPU. Namun, dalih Arsyad, dirinya langsung mencurigai Hasan saat menanyakan hal tersebut. Meskipun ia akui, ia sudah sering menjawab kepada siapa pun yang menanyakan penulisan sebuah surat putusan MK. Tetapi, menurutnya, Hasan tidak menempati posisi strategis di MK yang memiliki kewenangan untuk membuat jawaban surat KPU. Posisi Hasan hanya juru panggil di MK. Seharusnya yang berwenang membuat konsep surat adalah panitera MK.

Halaman:
Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Anies Pertimbangkan Maju Pilkada DKI, PKS: Kita Lagi Cari yang Fokus Urus Jakarta

    Anies Pertimbangkan Maju Pilkada DKI, PKS: Kita Lagi Cari yang Fokus Urus Jakarta

    Nasional
    Momen Menarik di WWF Ke-10 di Bali: Jokowi Sambut Puan, Prabowo Dikenalkan sebagai Presiden Terpilih

    Momen Menarik di WWF Ke-10 di Bali: Jokowi Sambut Puan, Prabowo Dikenalkan sebagai Presiden Terpilih

    Nasional
    Perkenalkan Istilah ‘Geo-cybernetics’, Lemhannas: AI Bikin Tantangan Makin Kompleks

    Perkenalkan Istilah ‘Geo-cybernetics’, Lemhannas: AI Bikin Tantangan Makin Kompleks

    Nasional
    Megawati Disebut Lebih Berpeluang Bertemu Prabowo, Pengamat: Jokowi Akan Jadi Masa Lalu

    Megawati Disebut Lebih Berpeluang Bertemu Prabowo, Pengamat: Jokowi Akan Jadi Masa Lalu

    Nasional
    Laporkan Dewas ke Bareskrim, Wakil Ketua KPK Bantah Dirinya Problematik

    Laporkan Dewas ke Bareskrim, Wakil Ketua KPK Bantah Dirinya Problematik

    Nasional
    Kolaborasi Pertamina–Mandalika Racing Series Dukung Pembalap Muda Bersaing di Kancah Internasional

    Kolaborasi Pertamina–Mandalika Racing Series Dukung Pembalap Muda Bersaing di Kancah Internasional

    Nasional
    Harkitnas, Fahira Idris Tekankan Pentingnya Penguasaan Iptek untuk Capai Visi Indonesia Emas 2045

    Harkitnas, Fahira Idris Tekankan Pentingnya Penguasaan Iptek untuk Capai Visi Indonesia Emas 2045

    Nasional
    Sempat Sebut Lettu Eko Meninggal karena Malaria, Dankormar: Untuk Jaga Marwah Keluarga

    Sempat Sebut Lettu Eko Meninggal karena Malaria, Dankormar: Untuk Jaga Marwah Keluarga

    Nasional
    Yasonna Berharap Program PPHAM Dilanjutkan oleh Pemerintahan Prabowo-Gibran

    Yasonna Berharap Program PPHAM Dilanjutkan oleh Pemerintahan Prabowo-Gibran

    Nasional
    Di WWF 2024, Jokowi Ajak Semua Pihak Wujudkan Tata Kelola Air yang Inklusif dan Berkelanjutan

    Di WWF 2024, Jokowi Ajak Semua Pihak Wujudkan Tata Kelola Air yang Inklusif dan Berkelanjutan

    Nasional
    KSP Sebut Bakal Pertimbangkan Nama-nama Pansel KPK Rekomendasi ICW

    KSP Sebut Bakal Pertimbangkan Nama-nama Pansel KPK Rekomendasi ICW

    Nasional
    Kementan Rutin Kirim Durian Musang King, SYL: Keluarga Saya Tak Suka, Demi Allah

    Kementan Rutin Kirim Durian Musang King, SYL: Keluarga Saya Tak Suka, Demi Allah

    Nasional
    Jokowi-Puan Bertemu di WWF 2024, Pengamat: Tidak Akan Buat Megawati Oleng

    Jokowi-Puan Bertemu di WWF 2024, Pengamat: Tidak Akan Buat Megawati Oleng

    Nasional
    56.750 Jemaah Haji Tiba di Madinah, 6 Orang Dikabarkan Wafat

    56.750 Jemaah Haji Tiba di Madinah, 6 Orang Dikabarkan Wafat

    Nasional
    Ingatkan Soal Kuota Haji Tambahan, Anggota DPR: Jangan Sampai Dipanggil KPK

    Ingatkan Soal Kuota Haji Tambahan, Anggota DPR: Jangan Sampai Dipanggil KPK

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com