Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hubungan Setara Indonesia-Timur Tengah

Kompas.com - 24/06/2011, 03:28 WIB

Oleh Ibnu Burdah

Eksekusi hukuman pancung terhadap Ruyati, salah satu dari sekian TKI yang divonis mati di Arab Saudi, menyentak kesadaran kita sebagai bangsa yang bermartabat dalam pergaulan internasional.

Di luar persoalan materi hukum, peristiwa itu dan rangkaian peristiwa yang kurang lebih sama selama ini mencerminkan adanya ketimpangan serius dalam hubungan Indonesia dengan sebagian negara di Timur Tengah. Tidak adanya pemberitahuan sebelumnya mengenai eksekusi itu kepada Pemerintah RI turut mempertegas dugaan ini.

Sebagai bangsa besar, Indonesia seharusnya menjadi negara yang disegani, bukan diremehkan oleh bangsa lain. Apalagi ini menyangkut nyawa anak bangsanya. Konsep diri bangsa ini harus tegak di hadapan bangsa mana pun, tetapi juga tak boleh angkuh dan meremehkan bangsa lain. Realitas hubungan kita dengan sebagian negara di Timur Tengah mencerminkan ketimpangan sekaligus sikap mental kita yang kerdil.

Sejarah mencatat hubungan Indonesia dengan beberapa negara di Timur Tengah ditandai semangat dan persamaan nilai- nilai mendalam. Namun, hubungan itu tak kunjung melahirkan kerja sama setara dan produktif. Dalam banyak hal, negara-negara Timur Tengah memilih bekerja sama dengan Eropa, Jepang, Amerika Serikat, bahkan Singapura, dengan ”menyisakan” hubungan emosional keagamaan dengan Indonesia.

Kendati agama mengajarkan kesetaraan antarbangsa, fakta hubungan Indonesia-Timur Tengah mengatakan lain. Mereka memandang negeri dan dirinya sebagai sentrum yang secara sadar atau tidak telah menggiring kepada ”pengecilan atau peminggiran” bangsa-bangsa lain.

Pada perkembangan berikutnya, beberapa negara di Timur Tengah—terutama Arab Saudi— memperoleh limpahan kemakmuran yang mengubah wujud fisik negeri-negeri itu 180 derajat. Kemakmuran dan tumpukan modal membuat konsep diri bangsa-bangsa ini makin tinggi, apalagi di hadapan negeri-negeri miskin yang memerlukan uluran modal dan bantuan mereka.

Modal Indonesia

Indonesia sesungguhnya memiliki kekayaan dan pengalaman yang hebat dalam kehidupan keagamaan, kultural, berbangsa, dan bernegara. Bagaimanapun Indonesia merupakan negara berpenduduk Muslim terbesar yang mampu menyandingkan keislaman dan demokrasi, baik teori maupun praktik meski kematangannya masih memerlukan waktu panjang.

Berbekal pengalaman itu, Indonesia sebenarnya pantas menjadi ”guru” bagi hampir seluruh negara Arab yang saat ini berada di persimpangan jalan menuju masyarakat lebih demokratis, berkeadilan, dan terbuka. Model mana yang akan mereka tiru atau setidaknya menjadi rambu-rambu jika bukan Indonesia. Mereka jelas menolak model Barat. Mereka juga pasti enggan menerima model velayat al-faqih Iran atau sekulerisme Turki. Jika mau jujur dan rendah hati, pilihan mereka yang paling tepat adalah Indonesia.

Keislaman di Indonesia, meski sekarang juga menghadapi ujian hebat dengan serangkaian aksi kekerasan, salah satu model keislaman yang amat layak ditawarkan kepada bangsa-bangsa lain. Kekuatan ”Islam Indonesia” terletak pada moderatisme dan kemampuannya beradaptasi dan menyerap unsur-unsur dari luar serta mengemasnya sehingga indah dan membumi. Ini jelas kebutuhan nyata masyarakat Timur Tengah yang terus-menerus didera radikalisasi agama, konflik sektarian, bahkan perang.

Dua hal itu saja seharusnya cukup membuat Indonesia lebih percaya diri dalam bergaul dengan negara-negara di Timur Tengah. Indonesia tak boleh berada di pinggir dan lemah dalam bergaul dengan bangsa-bangsa lain. Indonesia pantas memiliki hubungan yang sederajat dengan bangsa-bangsa itu bahkan dalam beberapa hal menjadi guru.

Kemajemukan yang relatif terawat di Tanah Air, meski saat ini juga diganggu sebagian anak bangsanya sendiri, merupakan barang paling berharga yang dapat ditunjukkan dalam pergaulan antarbangsa di dunia, termasuk bangsa-bangsa di Timur Tengah. Kesungguhan dan ketulusan dalam merawat kemajemukan adalah aset terbesar bangsa ini dalam menatap masa depan yang juga dapat ditularkan kepada bangsa-bangsa di Timur Tengah yang sulit menyatu meski punya segudang persamaan.

Ibnu Burdah Pemerhati Persoalan Timur Tengah dan Dunia Islam, UIN Sunan Kalijaga

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com