Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bertahun-tahun Menunggu Darsem Pulang

Kompas.com - 23/06/2011, 04:12 WIB

Berharap pulang

Keluarga Dawud tinggal di rumah berukuran 4 meter x 6 meter di tepi muara Sungai Sewo yang memisahkan Kabupaten Subang dan Kabupaten Indramayu. Sebelum mendapat bantuan pembangunan rumah dari dermawan tiga bulan lalu, rumahnya yang terbuat dari bilik bambu, tanpa lantai keramik, itu sering tergenang banjir saat sungai meluap.

Rumah ini berada di perkampungan nelayan dengan gang sempit dan berjarak sekitar 7 km dari jalur utama pantai utara. Di kampung itu, puluhan penduduk mengadu nasib sebagai pekerja rumah tangga. Rendahnya tingkat pendidikan serta keterbatasan lapangan kerja di dalam negeri memaksa mereka pergi ke luar negeri.

Carwa menambahkan, Darsem pergi bekerja ke luar negeri untuk memperbaiki kehidupan keluarganya. Sempat dua kali berangkat ke Malaysia dan Timur Tengah sebelum menikah dengan Sanudin bin Dulhadi (26) awal 2005, Darsem akhirnya berangkat lagi untuk ketiga kalinya ke luar negeri saat anaknya, Safi’i, berumur tujuh bulan. Sejak itu, Safi’i tinggal bersama Dawud dan Sawinah, sementara Sanudin tinggal di Junti, Indramayu.

”Safi’i hanya mengenal wajah ibunya dari foto karena sudah ditinggal sejak umur tujuh bulan. Darsem sempat sekali mengontak dan mengirim gaji dua bulan pertamanya pertengahan 2007, tetapi sejak itu tidak ada kontak lagi dengan keluarga,” ujar Carwa.

Pihak keluarga berharap Darsem bisa segera pulang ke Indonesia. Mereka mengaku belum mendengar kabar bahwa Pemerintah Indonesia telah membayarkan diyat Rp 4,7 miliar sehingga Darsem bebas dari hukuman mati, sebagaimana disampaikan Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Michael Tene (Kompas, 22/6).

Bagi Carmen dan Carwa, kabar baik tentang Darsem hanyalah angin segar yang bertiup sesaat. Sudah berulang kali mereka mendengar janji dari sponsor, perusahaan penyalur, dan pemerintah, tetapi harapan bertemu Darsem tak kunjung terwujud. Hingga pertengahan 2011 ini, sudah empat tahun keluarga Darsem menunggu. Entah sampai kapan mereka harus menunggu lagi. Semuanya masih misterius.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com