Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lembah Harau Sangat Menakjubkan

Kompas.com - 18/06/2011, 16:07 WIB
Ni Luh Made Pertiwi F

Penulis

KOMPAS.com - Ajang balap sepeda internasional Tour de Singkarak (TdS) 2011 di Sumatera Barat (Sumbar) memang sudah usai. Namun, banyak hal mengesankan yang masih berbekas. Panorama alam lengkap, berupa kolaborasi antara sawah, kebun teh, gunung, danau, hingga pantai.

Belum lagi rumah-rumah gadang nan megah di tepi jalan, makanan pedas berempah, keramahan masyarakat setempat, dan adat istiadat Minang nan kental. Tak pelak, segala paduan ini menanamkan kesan mendalam bagi segenap peserta TdS 2011.

"Favorit saya saat di Kelok 44. Ada juga beberapa jalanan lainnya yang menanjak dengan pemandangan sawah. Saya memang gemar trekking. Saya bisa membayangkan berjalan kaki dengan backpack di punggung saya. Lalu saat berjalan saya melihat pemandangan yang menakjubkan sambil menyapa penduduk setempat," kata Jean Jacques dari Amaury Sport Organization (ASO) kepada Kompas.com.

ASO yang juga penyelenggara balap sepeda bergengsi, Tour de France, sengaja diundang oleh pihak Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata. Jean dan seorang rekannya, datang untuk menilai TdS agar pihak TdS dapat melakukan perbaikan-perbaikan hingga mampu menyesuaikan standar internasional.

Jean mengungkapkan tak tertutup kemungkinan baginya untuk datang lagi ke Sumbar sebagai turis. Favorit Jean lainnya adalah saat di Kota Pariaman. Ia mengaku kampung halamannya berada di daerah pantai. Karena itu, saat melintasi pantai-pantai di Kota Pariaman, ia merasa begitu senang. Lain halnya dengan para atlet balap sepeda. Masing-masing memiliki favorit sendiri-sendiri.

Lex dari CCN Colossi, Belanda dan Nakajima dari Aisan Cycling Team, Jepang, sama-sama menyukai Lembah Harau di Kabupaten Limapuluh Kota. Keduanya mengaku ingin kembali datang untuk berkunjung ke Lembah Harau. Hal senada juga diungkapkan Kim Suckling, dari Eddy Holland Bicycle Services, Australia.

"Lembah Harau seperti gambar dalam kartupos. Sangat menakjubkan. Begitu mengagumkan sampai susah dideskripsikan," pujinya.

Sedangkan Kees Roks, team manager Global Cycling Team Holland dari Belanda terkesan dengan budaya Minang yang ditampilkan di setiap etape saat TdS 2011.

"Tari-tariannya begitu cantik. Saya juga kagum dengan bangunan tradisional di Pagaruyung. Katanya itu istana raja dan sedih sekali saat kami diceritakan kalau istana itu pernah terbakar dan masih direnovasi," tuturnya. Istana yang ia maksud adalah Istano Basa Pagaruyung.

"Saya tidak tahu bagaimana reaksi pebalap dari Asia. Tapi kalau pebalap Eropa atau Australia, saya yakin sependapat dengan saya. Lansekap yang begitu cantik. Lihat sawah saja kami sudah begitu senang. Belum lagi budayanya. Kami tidak memiliki hal-hal ini di kampung halaman," kata Jean.

Halaman:
Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com