Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Guru Etika itu Alif dan Siami

Kompas.com - 17/06/2011, 15:49 WIB

Tidak saudara! Seiji justru bersedu meminta ampun, "Saya mohon maaf kepada rakyat telah menohok kepercayaan publik karena soal pembiayaan politik saya itu."

Itulah kenapa Jepang disebut sebagai sekolah moral dan etika yang hebat, bahkan orang Eropa pun bersetuju dengan klaim itu.

Sejak dini, anak-anak Jepang diajari kejujuran seperti Siami mengajari Alifah untuk selalu jujur.  Sayang, petuah Siami kepada Alifah tak beresonansi ke masyarakatnya, bahkan sekolah di mana seharusnya moral ditinggikan pun mencibirnya.

Sebaliknya, orang Jepang mengajarkan kejujuran di mana saja. Di rumah, di sekolah, di jalan. Dengan kejujuran bangsa itu begitu cepat bangkit dari bencana paling mengerikan sekali pun.

Kita tak perlu studi banding ke Jepang, apalagi kita masih memiliki orang-orang seperti Alif dan Siami. Mereka adalah "guru-guru etika" yang sebenar-benarnya.

Alif dan Siami mencambuk kita untuk memberi tempat selapang mungkin bagi kejujuran, bagi orang-orang jujur seperti ibu dan anak itu.

Media massa, sekolah, masyarakat, dan para pemimpin mesti membuka lebar-lebar pintu publikasi untuk akhlak mulia seperti dipraktikan Alifah Ahmad Maulana dan ibunya. Jangan biarkan bangsa ini terlalu sering diceramahi oleh mereka yang pongah, bermental pencoleng dan penipu.

Kejujuran harus menjadi jiwa di sekolah-sekolah, kampus-kampus, dan segala sudut di negeri ini.

Selama ini kita begitu masyuk mencintai kepalsuan dan bayangan, cangkang dan aksesoris, ketimbang isi dan nilai. Kepalsuan yang memabukkan itu bahkan membuat kita tak mau bertanggunggjawab kepada masa depan dengan enggan menciptakan pondasi nilai baik bagi generasi mendatang.

Kita telah begitu rupa dibutakan oleh materi dan ilusi bahwa kemajuan hidup itu melulu soal angka, sementara etika, moral dan nilai-nilai luhur seperti kejujuran disingkirkan, justru ketika bangsa-bangsa besar meninggikannya. Ilusi itu membuat kita tak malu lagi untuk curang, bahkan memujanya.

TR Reid menulis, sistem pendidikan Jepang amat menekankan pembangunan moral karena percaya moral adalah pondasi terkuat untuk membangun bangsa yang kuat. Mereka mencintai prestasi, tapi tak menuhankan statistik yang acap menghinakan nilai hidup dan kemanusiaan.

Pendiri Panasonic, Konosuke Matsushita, berkata, "Sehebat apapun bakat dan pengetahuan kita, tanpa kejujuran, kita tak akan bisa mendapat kepercayaan dari yang lain dan menghargai diri sendiri."

Kita perlu pondasi moral seperti dimuliakan Matsushita dan orang-orang Jepang itu.  Pondasi yang dengan tegar dan indah ditegakkan oleh Siami dan Alif, kendati untuk itu butuh reformasi total pada sistem nilai kita.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com