Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jangan Jadikan Pancasila "Pepesan Kosong"

Kompas.com - 01/06/2011, 09:42 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Para pejabat dan mantan pejabat akan berkumpul di Gedung MPR RI, Rabu (1/6/2011), untuk memeringati Peringatan Pidato Bung Karno 1 Juni 1945. Pada kesempatan ini, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, mantan Presiden Megawati Seokarnoputri dan BJ Habibie akan menyampaikan pidato kebangsaan terkait Pancasila. Pengamat politik Yudi Latief berharap, peringatan semacam ini tidak hanya menjadi ritual semata. Para pejabat berkumpul dan kemudian membicarakan Pancasila tanpa kerangka dan implementasi yang jelas dalam praktek kehidupan berbangsa, bernegara dan bermasyarakat.

"Jadi, jangan hanya sekedar ritual dengan peringatan-peringatan. Tapi harus ada roadmap. Semua ideologi kan harus diakarkan. Harus ada roadmap yang jelas dan peran yang jelas dari seluruh pemangku kepentingan," ungkapnya kepada Kompas.com, Rabu pagi.

Kerangka baru ini, lanjutnya, meliputi cara penanaman nilai-nilai Pancasila ke depannya. Menurut Yudi, harus ada titik balik dalam menanamkan dan menghidupi Pancasila. Selama ini, ia menilai Pancasila terlalu banyak diucapkan namun tidak dipelihara dalam hal implementasinya. Akibatnya, kepercayaan publik terhadap keampuhan Pancasila terus merosot. Yudi menegaskan, perlu ada pendekatan yang berubah dari vertikal ke horizontal. Jika dulu hanya melibatkan negara sebagai inisiator, kini harus melibatkan masyarakat sipil dan unsur-unsurnya sebagai inisiator utama.

"Kalau dulu sifatnya vertikal, yang punya insiatif adalah negara, yang menatar negara. Sekarang harus horizontal, harus melibatkan seluruh pemangku kepentingan, melibatkan masyarakat sipil, pers, pemuka agama, harus sama-sama komitmen mengembangkan Pancasila. Dengan begitu juga akan melibatkan kreativitas. Dulu kan sosialisasinya hanya ceramah, tapi kalau melibatkan banyak unsur, bisa lewat musik dan film, berbagai cara yang betul-betul bisa ditularkan dalam bahasa yang lebih mudah diterima dan membekas," tambahnya.

Sosialisasi dan penanaman nilai harus dilanjutkan dengan implementasi yang nyata. Yudi mengatakan, selama ini lima sila Pancasila hanya hadir dalam pernyataan para pejabat, tetapi tidak dalam sikap dan caranya merumuskan produk perundangan. "Misalnya sila Ketuhanan Yang Maha Esa harusnya kan menghadirkan suasana lapang dan toleran, tapi dalam pengamalan pemerintahan di banyak tempat di era reformasi, banyak aparatur negara yang memberi ruang bagi unsur-unsur keagamaan yang memaksakan kehendak, bahkan diakomodasi oleh pemerintah. Itu yang membuat orang tidak percaya, Pancasila jadi pepesan kosong, karena dilihat dari realisasinya, tidak sungguh-sungguh," tandasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    UPDATE BNPB: 19 Orang Meninggal akibat Banjir Bandang di Agam Sumbar

    UPDATE BNPB: 19 Orang Meninggal akibat Banjir Bandang di Agam Sumbar

    Nasional
    KNKT Investigasi Kecelakaan Bus Rombongan Siswa di Subang, Fokus pada Kelayakan Kendaraan

    KNKT Investigasi Kecelakaan Bus Rombongan Siswa di Subang, Fokus pada Kelayakan Kendaraan

    Nasional
    Partai Buruh Berniat Gugat Aturan Usung Calon Kepala Daerah ke MK

    Partai Buruh Berniat Gugat Aturan Usung Calon Kepala Daerah ke MK

    Nasional
    Cerita Sulitnya Jadi Ketua KPK, Agus Rahardjo: Penyidik Tunduk ke Kapolri, Kejaksaan, Sampai BIN

    Cerita Sulitnya Jadi Ketua KPK, Agus Rahardjo: Penyidik Tunduk ke Kapolri, Kejaksaan, Sampai BIN

    Nasional
    Jemaah Haji Mulai Diberangkatkan, Fahira Idris: Semoga Sehat, Selamat, dan Mabrur

    Jemaah Haji Mulai Diberangkatkan, Fahira Idris: Semoga Sehat, Selamat, dan Mabrur

    Nasional
    Jemaah Haji Gelombang Pertama Tiba di Madinah, Disambut Meriah

    Jemaah Haji Gelombang Pertama Tiba di Madinah, Disambut Meriah

    Nasional
    Jokowi Diminta Tak Cawe-cawe Pemilihan Capim KPK

    Jokowi Diminta Tak Cawe-cawe Pemilihan Capim KPK

    Nasional
    PBNU: Pratik Haji Ilegal Rampas Hak Kenyamanan Jemaah

    PBNU: Pratik Haji Ilegal Rampas Hak Kenyamanan Jemaah

    Nasional
    Prabowo Disebut Bisa Kena Getah jika Pansel Capim KPK Bentukan Jokowi Buruk

    Prabowo Disebut Bisa Kena Getah jika Pansel Capim KPK Bentukan Jokowi Buruk

    Nasional
    Gerindra Dorong Penyederhanaan Demokrasi Indonesia: Rakyat Tak Harus Berhadapan dengan TPS

    Gerindra Dorong Penyederhanaan Demokrasi Indonesia: Rakyat Tak Harus Berhadapan dengan TPS

    Nasional
    Sekjen Gerindra Sebut Revisi UU Kementerian Negara Dimungkinkan Tuntas Sebelum Pelantikan Prabowo

    Sekjen Gerindra Sebut Revisi UU Kementerian Negara Dimungkinkan Tuntas Sebelum Pelantikan Prabowo

    Nasional
    Pimpinan Komisi X Bantah Pernyataan Stafsus Jokowi soal Banyak Keluarga dan Orang Dekat DPR Menerima KIP Kuliah

    Pimpinan Komisi X Bantah Pernyataan Stafsus Jokowi soal Banyak Keluarga dan Orang Dekat DPR Menerima KIP Kuliah

    Nasional
    Gerindra Siapkan 4 Kader Maju Pilkada DKI, Ada Riza Patria, Budi Satrio, dan Sara

    Gerindra Siapkan 4 Kader Maju Pilkada DKI, Ada Riza Patria, Budi Satrio, dan Sara

    Nasional
    Partai Negoro Resmi Diluncurkan, Diinisiasi Faizal Assegaf

    Partai Negoro Resmi Diluncurkan, Diinisiasi Faizal Assegaf

    Nasional
    Tinjau TKP Kecelakaan Maut Bus di Subang, Kakorlantas: Tak Ditemukan Jejak Rem

    Tinjau TKP Kecelakaan Maut Bus di Subang, Kakorlantas: Tak Ditemukan Jejak Rem

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com