Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Demokrat: Ada Skenario Hancurkan Demokrat

Kompas.com - 29/05/2011, 09:44 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Sejak nama politisi Demokrat, M Nazaruddin, dikaitkan dengan kasus dugaan suap proyek pembangunan wisma atlet SEA Games, perguliran kasus ini semakin liar. Kasus ini pun membuka sinyalemen lama mengenai adanya perpecahan yang diakibatkan faksi-faksi di tubuh Demokrat pascakongres tahun 2010. Ketua DPP Partai Demokrat Kastorius Sinaga mengungkapkan, kisruh yang terjadi di internal partai disebabkan adanya pihak-pihak lain yang memanfaatkan momentum kasus Nazaruddin.

"Sangat nyata dan meyakinkan bagi kami dan Pak SBY bahwa ada pihak-pihak lain yang berhubungan dengan rivalitas politik dengan memanfaatkan kasus Nazaruddin sebagai strategi atau celah untuk menghancurkan Demokrat. Ini untuk kepentingan (pemilu) 2014," kata Kastorius saat dihubungi Kompas.com, Minggu (29/5/2011).

Siapa pihak yang ingin menghancurkan Demokrat? "Saya tidak bisa sebutkan siapa mereka. Tetapi, kita sudah punya data itu, baik itu berdasarkan orang-orang lapangan kita maupun hasil analisis kita terhadap perkembangan aktual," ujarnya.

Bahkan, lanjut Kastorius, partainya sudah memetakan pola "serangan" yang dijalankan dan di wilayah mana pihak-pihak itu beroperasi. Ketika ditanya apakah lawan politik itu partai atau individu yang punya keinginan bertarung pada tahun 2014, Kastorius enggan merincinya. "Yang jelas, mereka adalah lawan politik yang ingin menyerang tidak dalam satu wujud, tetapi punya tujuan yang sama menjadikan Demokrat dan SBY sebagai common enemy. Kami waspada menghadapinya. Mereka ingin Demokrat tidak dipercaya dan kader-kadernya tidak punya modal sosial politik lagi," papar Kastorius.

Pada pertemuan dengan pengurus DPP Partai Demokrat, Sabtu (28/5/2011) malam, menurut Kastorius, Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono meminta semua kader partainya untuk kompak dan tidak terpecah belah.

"Pak SBY menekankan kepada kader agar tetap waspada agar tidak membuka front pertentangan dengan pihak lain. Pada saat ini, Demokrat sedang menghadapi ujian berat, butuh energi, dan kekompakan sehingga membuat pertentangan dengan lembaga lain yang akan merugikan partai dan membuat celah penetrasi perpecahan," ungkapnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Tanggal 9 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

    Tanggal 9 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

    Nasional
    Ganjar Kembali Tegaskan Tak Akan Gabung Pemerintahan Prabowo-Gibran

    Ganjar Kembali Tegaskan Tak Akan Gabung Pemerintahan Prabowo-Gibran

    Nasional
    Kultur Senioritas Sekolah Kedinasan Patut Disetop Buat Putus Rantai Kekerasan

    Kultur Senioritas Sekolah Kedinasan Patut Disetop Buat Putus Rantai Kekerasan

    Nasional
    Kekerasan Berdalih Disiplin dan Pembinaan Fisik di Sekolah Kedinasan Dianggap Tak Relevan

    Kekerasan Berdalih Disiplin dan Pembinaan Fisik di Sekolah Kedinasan Dianggap Tak Relevan

    Nasional
    Kekerasan di STIP Wujud Transformasi Setengah Hati Sekolah Kedinasan

    Kekerasan di STIP Wujud Transformasi Setengah Hati Sekolah Kedinasan

    Nasional
    Ganjar Bubarkan TPN

    Ganjar Bubarkan TPN

    Nasional
    BNPB: 13 Orang Meninggal akibat Banjir dan Longsor di Sulsel, 2 dalam Pencarian

    BNPB: 13 Orang Meninggal akibat Banjir dan Longsor di Sulsel, 2 dalam Pencarian

    Nasional
    TNI AU Siagakan Helikopter Caracal Bantu Korban Banjir dan Longsor di Luwu

    TNI AU Siagakan Helikopter Caracal Bantu Korban Banjir dan Longsor di Luwu

    Nasional
    Prabowo Diharapkan Beri Solusi Kuliah Mahal dan Harga Beras daripada Dorong 'Presidential Club'

    Prabowo Diharapkan Beri Solusi Kuliah Mahal dan Harga Beras daripada Dorong "Presidential Club"

    Nasional
    Ide 'Presidential Club' Dianggap Sulit Satukan Semua Presiden

    Ide "Presidential Club" Dianggap Sulit Satukan Semua Presiden

    Nasional
    Halal Bihalal, Ganjar-Mahfud dan Elite TPN Kumpul di Posko Teuku Umar

    Halal Bihalal, Ganjar-Mahfud dan Elite TPN Kumpul di Posko Teuku Umar

    Nasional
    Pro-Kontra 'Presidential Club', Gagasan Prabowo yang Dinilai Cemerlang, tapi Tumpang Tindih

    Pro-Kontra "Presidential Club", Gagasan Prabowo yang Dinilai Cemerlang, tapi Tumpang Tindih

    Nasional
    Evaluasi Mudik, Pembayaran Tol Nirsentuh Disiapkan untuk Hindari Kemacetan

    Evaluasi Mudik, Pembayaran Tol Nirsentuh Disiapkan untuk Hindari Kemacetan

    Nasional
    Polri: Fredy Pratama Masih Gencar Suplai Bahan Narkoba Karena Kehabisan Modal

    Polri: Fredy Pratama Masih Gencar Suplai Bahan Narkoba Karena Kehabisan Modal

    Nasional
    SYL Ungkit Kementan Dapat Penghargaan dari KPK Empat Kali di Depan Hakim

    SYL Ungkit Kementan Dapat Penghargaan dari KPK Empat Kali di Depan Hakim

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com