Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Nazar Lengser, Akan Ada Politik "Buka Kartu"

Kompas.com - 24/05/2011, 11:06 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Dilengserkannya M Nazaruddin dari kursi Bendahara Umum DPP Partai Demokrat dinilai tidak akan menjadi akhir dari terpaan yang akan menghampiri partai bentukan Susilo Bambang Yudhoyono itu. Pengamat politik Charta Politika, Yunarto Wijaya, mengatakan, pernyataan Nazaruddin yang akan buka-bukaan mengenai pelanggaran etika yang juga dilakukan oleh kader Demokrat akan menabuh "genderang" semakin kencang. Ia melihat, ada dua sisi yang dapat dilihat sebagai implikasi pasca-putusan Dewan Kehormatan Partai Demokrat mencopot Nazaruddin. Secara keseluruhan, dinamika yang terjadi menunjukkan adanya faksionalisasi di tubuh Demokrat.

"Kalau dari sisi hukum, saya katakan faksionalisme di tubuh Demokrat berbuah manis dalam konteks penegakan hukum. Sebab, selama ini kecenderungan partai politik justru saling menutupi kalau ada kadernya yang diindikasi melakukan pelanggaran hukum," kata pria yang biasa disapa Toto ini kepada Kompas.com, Selasa (24/5/2011).

Sebaliknya, faksionalisasi di tubuh Demokrat, dinilai Toto, telah menimbulkan adanya politik "buka kartu". "Nazaruddin menyatakan akan membuka borok, termasuk dalam kasus wisma atlet yang diduga melibatkan banyak pihak. Proses internal di Demokrat yang menyingkirkannya (Nazaruddin) sesungguhnya kan sudah mendahului proses hukum di KPK yang justru belum memeriksanya," kata Toto.

Ia pun melihat, kasus Nazaruddin ini juga akan memunculkan faksi-faksi baru yang selama ini diketahui ada di tubuh Demokrat. "Bisa berkembang semakin liar. Nazaruddin kemudian bisa saja membentuk faksi atau kelompok sendiri untuk membela diri," ujarnya.

Nazaruddin, pasca-keputusan Dewan Kehormatan, Senin (23/5/2011) malam, mempertanyakan pencopotan dirinya. Ia mengancam akam membuka segala hal yang ia ketahui menyangkut kasus dugaan suap Sesmenpora.

"Siapa yang langgar etika? Siapa seharusnya yang bertanggung jawab dalam kasus Sesmenpora? Saya akan buka semua. Saya akan buka data. Siang ini saya akan menggelar jumpa pers di DPR supaya jelas semua," kata Nazaruddin, seperti dilansir Tribunnews, Selasa (24/5/2011). 

Dewan Kehormatan Partai Demokrat, Senin malam, memutuskan untuk memberhentikan Nazaruddin sebagai bendahara umum. Alasannya,  keterlibatan Nazaruddin dalam sejumlah kasus yang ramai diperbincangkan masyarakat telah menempatkan Partai Demokrat dalam posisi yang tidak menguntungkan.

Nazaruddin menyatakan akan menggelar jumpa pers siang ini di Gedung DPR, Jakarta. "Saya buka data, siapa yang langgar etika. Kasus ini adalah sebuah rekayasa politik, menuduh saya tanpa ada bukti. Saya juga kecewa dengan Pak Mahfud MD yang lebih mengerti hukum ternyata mengungkap seperti ini," kata Nazaruddin.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    4 Kapal Perang Angkut Puluhan Rantis Lapis Baja demi Pengamanan WWF ke-10 di Bali

    4 Kapal Perang Angkut Puluhan Rantis Lapis Baja demi Pengamanan WWF ke-10 di Bali

    Nasional
    Prabowo Pilih Rahmat Mirzani Djausal sebagai Bacagub Lampung

    Prabowo Pilih Rahmat Mirzani Djausal sebagai Bacagub Lampung

    Nasional
    KPK Masih Telusuri Pemberi Suap Izin Tambang Gubernur Maluku Utara

    KPK Masih Telusuri Pemberi Suap Izin Tambang Gubernur Maluku Utara

    Nasional
    Menhub Budi Karya Diminta Jangan Cuma Bicara soal Sekolah Kedinasan Tanggalkan Atribut Militer

    Menhub Budi Karya Diminta Jangan Cuma Bicara soal Sekolah Kedinasan Tanggalkan Atribut Militer

    Nasional
    Potret 'Rumah Anyo' Tempat Singgah Para Anak Pejuang Kanker yang Miliki Fasilitas Bak Hotel

    Potret 'Rumah Anyo' Tempat Singgah Para Anak Pejuang Kanker yang Miliki Fasilitas Bak Hotel

    Nasional
    Logo dan Moto Kunjungan Paus Fransiskus Dirilis, Ini Maknanya

    Logo dan Moto Kunjungan Paus Fransiskus Dirilis, Ini Maknanya

    Nasional
    Viral Pengiriman Peti Jenazah Dipungut Bea Masuk, Ini Klarifikasi Bea Cukai

    Viral Pengiriman Peti Jenazah Dipungut Bea Masuk, Ini Klarifikasi Bea Cukai

    Nasional
    Pemilihan Calon Pimpinan KPK yang Berintegritas Jadi Kesempatan Jokowi Tinggalkan Warisan Terakhir

    Pemilihan Calon Pimpinan KPK yang Berintegritas Jadi Kesempatan Jokowi Tinggalkan Warisan Terakhir

    Nasional
    Saat 'Food Estate' Jegal Kementan Raih 'WTP', Uang Rp 5 Miliar Jadi Pelicin untuk Auditor BPK

    Saat "Food Estate" Jegal Kementan Raih "WTP", Uang Rp 5 Miliar Jadi Pelicin untuk Auditor BPK

    Nasional
    Usai Prabowo Nyatakan Tak Mau Pemerintahannya Digangggu...

    Usai Prabowo Nyatakan Tak Mau Pemerintahannya Digangggu...

    Nasional
    Kloter Pertama Jemaah Haji Berangkat, Menag: Luruskan Niat Jaga Kesehatan

    Kloter Pertama Jemaah Haji Berangkat, Menag: Luruskan Niat Jaga Kesehatan

    Nasional
    Ketua KPU yang Tak Jera: Perlunya Pemberatan Hukuman

    Ketua KPU yang Tak Jera: Perlunya Pemberatan Hukuman

    Nasional
    Nasib Pilkada

    Nasib Pilkada

    Nasional
    Tanggal 14 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

    Tanggal 14 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

    Nasional
    Soal Prabowo Tak Ingin Diganggu Pemerintahannya, Zulhas: Beliau Prioritaskan Bangsa

    Soal Prabowo Tak Ingin Diganggu Pemerintahannya, Zulhas: Beliau Prioritaskan Bangsa

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com