Oleh R Maruto
Negara Islam Indonesia kini menjadi momok bagi masyarakat. Mereka takut menjadi korban selanjutnya, apalagi media marak memberitakannya seolah menjadi musuh nomor wahid di negeri ini.
NII yang mengharu biru Indonesia sejak 1950-an itu seolah bangkit lagi setelah orang yang mengaku menjadi korbannya ramai-ramai berbicara kepada media.
Pada umumnya mereka mengaku diajak bergabung dengan iming-iming menggiurkan, seperti mendapat istri cantik atau jaminan masuk surga setelah meninggal dunia.
Yang justru terjadi, mereka hanya dijadikan mesin ATM. Uang mereka diambil dengan dalih membesarkan NII. Namun, sulit membedakan mana korban, mana simpatisan NII.
Lantas apa kaitannya NII dengan ulat bulu?
NII dan ulat bulu sama-sama menjadi tema utama berita selama lebih dari satu bulan terakhir. Keduanya mengguncang Pulau Jawa. Baik NII maupun ulat bulu meresahkan masyarakat.
NII dan ulat bulu sama-sama mencari mangsa yang lemah. NII menyerang orang-orang yang kesadaran batinnya lemah, sementara ulat menyerang pepohonan yang tak bisa berbuat apa selain menerima aniaya ulat.
Mereka mencengkeram korbannya dengan kuat sehingga tak kuasa melepaskan diri. Bahkan, keduanya mengirim satu pasukan yang terorganisasi rapi untuk mengikat korbannya.
Korban bisa lepas dari cengkeraman setelah sumber dayanya habis diserap. Korban NII biasanya akan linglung karena konon otaknya telah dicuci.