Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Keberhasilan AS Harus Ditiru

Kompas.com - 06/05/2011, 03:43 WIB

”Memang tetap ada pengaruhnya (kematian Osama) mengingat selama ini fatwa-fatwa yang dikeluarkannya menjadi referensi bagi jaringan teroris lain. Harus diingat, tidak semua kelompok teroris yang ada terkait langsung dengan Al Qaeda atau Osama. Lihat saja dalam kejadian terakhir beberapa pekan lalu, pelaku rencana bom (di saluran pipa gas di Gading Serpong, Tangerang Selatan) Pepi Fernando kan membuktikan dia tidak punya hubungan dengan Al Qaeda,” ujar Mbai.

Lebih lanjut Mbai membenarkan, pemerintah saat ini semakin memperkuat pengamanan di lokasi-lokasi yang diprediksi bisa menjadi target baru serangan teror.

Terkait target potensial serangan teroris terkait obyek vital atau kepentingan negara Barat, Mbai mengaku tempat-tempat itu masih terus menjadi perhatian aparat keamanan. Penyerangan terhadap sejumlah kantor polisi dan tempat ibadah di sejumlah daerah belakangan ini tidak lantas menjadikan aparat menggeser fokus perhatian mereka soal pengamanan.

”Target mereka siapa saja dan kelompok mana saja yang dianggap menghambat pencapaian tujuan mereka, entah itu Barat atau domestik. Sebelum menargetkan kepentingan Barat, kelompok teror ini kan menjadikan Negara Kesatuan RI sebagai target utama mereka,” tutur Mbai.

Guru Besar Studi Filsafat dan Islam Universitas Muhammadiyah Malang Syamsul Arifin menyebutkan, ideologi Islam radikal tumbuh sebagai jawaban atas defisit kekuatan dunia Islam pada geopolitik dunia. Dengan alasan itu pula ideologi Islam radikal tidak akan mati atau berkurang setelah kematian Osama.

Menurut Syamsul, Al Qaeda bukan sekadar organisasi, melainkan susunan ideologi, yang terbukti membuat Osama mampu menarik simpati generasi muda untuk dilatih menjadi berpaham radikal.

Proses radikalisasi itu berakar pada kondisi sosial, politik, dan ekonomi masyarakat Muslim dunia, yang selama sekian dekade semakin melemah dan bertambah miskin akibat ketidakadilan distribusi kesejahteraan masyarakat global dunia. ”Kekecewaan menjadi lahan subur bagi tumbuhnya radikalisme, yang dengan mudah disulut dan dibakar melalui metode perjuangan Osama bin Laden,” ujarnya.

Syamsul menambahkan, negara-negara maju, terutama AS, harus mampu mengembangkan cara untuk introspeksi diri. Mereka harus paham bahwa kebijakan terkait politik luar negeri mereka selama ini kerap menimbulkan kekecewaan sekaligus kebencian dari kelompok miskin di dunia Islam.

”Pasca-pemerintahan Presiden Obama kondisi ketidakadilan seperti itu memang sedikit berubah. Namun, konsistensi kebijakan Obama masih harus dibuktikan pada masa mendatang. Perubahan sikap AS terhadap negara berpenduduk mayoritas Muslim miskin, terlihat sikap Obama yang lunak dan dialogis,” ujarnya.

Syamsul menambahkan, kematian Osama relevan menjadi jawaban atas peristiwa tragedi 9/11 tahun 2001. Namun, kondisi kesetaraan, keamanan, dan kedamaian harus disokong oleh AS dan Eropa.

Ini adalah beberapa faktor terpenting untuk mengikis akar terorisme demi terciptanya dunia yang lebih aman.(DWA/ATO/ODY/BAY)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com