Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Din: Pemerintah Membiarkan NII

Kompas.com - 01/05/2011, 21:10 WIB

BANDA ACEH, KOMPAS.com — Berkembangnya gerakan keagamaan seperti Negara Islam Indonesia (NII) belakangan terjadi karena adanya pembiaran yang dilakukan pemerintah. Pemerintah semestinya menindak tegas pelaku gerakan karena kecenderungan kriminal, seperti mencuri, menipu, dan merampok, sudah lama terjadi.

Namun, pemerintah diharapkan tetap sewajarnya dengan tak melegitimasi persoalan ini bagi merasuknya intelijen ke dalam urusan agama secara berlebihan. Demikian disampaikan Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Din Syamsuddin di Banda Aceh, Minggu (1/5/2011).

Menurut Din, kegiatan NII melalui pencucian otak, menyuruh pengikutnya untuk mencuri dan merampok, selama ini tak mendapat tindakan tegas dari penegak hukum. Bahkan, NII jelas-jelas bertujuan mendirikan negara. Hal itu menandakan NII adalah organisasi makar.  

"Yang terjadi justru pembiaran. Bahkan, cenderung dipelihara. Sekarang pemerintah baru bergerak, yang sebetulnya terlambat karena korban sudah cukup banyak. Padahal, NII sudah ada sejak lama, sekitar tahun 1990-an," ujar dia.

Dalam Islam, lanjut dia, mendirikan negara Islam bukanlah segalanya. Tujuan Islam adalah terbentuknya komunitas keagamaan. Negara hanyalah sarana untuk terciptanya komunitas keagamaan itu.

"Karena itu, kami selalu mendesakkan agar negara selalu bertindak benar. Terapkan Pancasila dengan baik," kata dia.

Din juga mengaku khawatir, mengemukanya persoalan-persoalan agama yang meresahkan masyarakat belakangan ini, seperti NII, terorisme, dan kasus Ahmadiyah, dijadikan legitimasi bagi pemerintah untuk menerapkan Undang-Undang Intelijen yang memungkinkan intelijen memasuki ranah agama secara berlebihan. Jika hal itu terjadi,  akan sangat rawan terjadi pelanggaran hak asasi manusia, khususnya dalam beragama.

"Saya belum membaca RUU Intelijen. Tetapi, tak tertutup kemungkinan kondisi sekarang ini dimanfaatkan untuk tujuan itu (mengegolkan RUU Intelijen). Pemerintah harus tetap proporsional," kata dia.

Persoalan seperti NII dan Ahmadiyah, ungkap Din, semestinya dapat diselesaikan pemerintah sejak dulu. Ada Kementerian Agama yang di dalamnya terdapat bagian bimbingan masyarakat yang semestinya berfungsi membina. Namun, kenyataannya sampai saat ini tak ada langkah yang signifikan dalam pembinaan.  

 

 

 

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Kementerian KP Perkuat Standar Kompetensi Pengelolaan Sidat dan Arwana

    Kementerian KP Perkuat Standar Kompetensi Pengelolaan Sidat dan Arwana

    Nasional
    Bupati Sidoarjo Berulang Kali Terjerat Korupsi, Cak Imin Peringatkan Calon Kepala Daerah Tak Main-main

    Bupati Sidoarjo Berulang Kali Terjerat Korupsi, Cak Imin Peringatkan Calon Kepala Daerah Tak Main-main

    Nasional
    Wapres Ajak Masyarakat Tetap Dukung Timnas U-23 demi Lolos Olimpiade

    Wapres Ajak Masyarakat Tetap Dukung Timnas U-23 demi Lolos Olimpiade

    Nasional
    Gibran Ingin Konsultasi dengan Megawati terkait Susunan Kabinet

    Gibran Ingin Konsultasi dengan Megawati terkait Susunan Kabinet

    Nasional
    Soal Dukungan PKB untuk Khofifah, Cak Imin: Kalau Daftar, Kita Sambut

    Soal Dukungan PKB untuk Khofifah, Cak Imin: Kalau Daftar, Kita Sambut

    Nasional
    Jubir Sebut Luhut Hanya Beri Saran ke Prabowo soal Jangan Bawa Orang 'Toxic'

    Jubir Sebut Luhut Hanya Beri Saran ke Prabowo soal Jangan Bawa Orang "Toxic"

    Nasional
    Muslimat NU Kirim Bantuan Kemanusiaan Rp 2 Miliar ke Palestina

    Muslimat NU Kirim Bantuan Kemanusiaan Rp 2 Miliar ke Palestina

    Nasional
    Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang 'Toxic', Projo: Nasihat Bagus

    Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang "Toxic", Projo: Nasihat Bagus

    Nasional
    Buktikan Kinerja Unggul, Pertamina Hulu Energi Optimalkan Kapabilitas Perusahaan

    Buktikan Kinerja Unggul, Pertamina Hulu Energi Optimalkan Kapabilitas Perusahaan

    Nasional
    Gerindra Sebut Jokowi Justru Dorong Prabowo untuk Bertemu Megawati

    Gerindra Sebut Jokowi Justru Dorong Prabowo untuk Bertemu Megawati

    Nasional
    Tak Cemas Lawan Kandidat Lain pada Pilkada Jatim, Khofifah: Kenapa Khawatir?

    Tak Cemas Lawan Kandidat Lain pada Pilkada Jatim, Khofifah: Kenapa Khawatir?

    Nasional
    Khofifah Tolak Tawaran Jadi Menteri Kabinet Prabowo-Gibran, Pilih Maju Pilkada Jatim

    Khofifah Tolak Tawaran Jadi Menteri Kabinet Prabowo-Gibran, Pilih Maju Pilkada Jatim

    Nasional
    Soal Duetnya pada Pilkada Jatim, Khofifah: Saya Nyaman dan Produktif dengan Mas Emil

    Soal Duetnya pada Pilkada Jatim, Khofifah: Saya Nyaman dan Produktif dengan Mas Emil

    Nasional
    Pertamina Goes To Campus, Langkah Kolaborasi Pertamina Hadapi Trilema Energi

    Pertamina Goes To Campus, Langkah Kolaborasi Pertamina Hadapi Trilema Energi

    Nasional
    Respons Luhut Soal Orang 'Toxic', Golkar Klaim Menterinya Punya Karya Nyata

    Respons Luhut Soal Orang "Toxic", Golkar Klaim Menterinya Punya Karya Nyata

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com