Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ketika Nalar Tak Berjalan...

Kompas.com - 20/04/2011, 04:48 WIB

Setelah cuci otak, memori jangka pendek seseorang akan hilang. Adapun hilangnya memori jangka panjang sangat bergantung pada besar tidaknya unsur baru yang dimasukkan.

Direktur Bina Kesehatan Jiwa Kementerian Kesehatan Irmansyah menambahkan, proses cuci otak tidak merusak organ otak seseorang.

Mudah tidaknya seseorang dipengaruhi sangat bergantung kepada kuat tidaknya kepribadian yang dimiliki. Orang yang tidak mandiri, sangat bergantung kepada orang lain, serta memiliki dendam atau kebencian terhadap sesuatu juga akan menjadi lebih mudah dipengaruhi.

Menurut Samekto, cuci otak merupakan persoalan psikologis. Karena itu, proses penyembuhannya tidak bisa dilakukan dengan obat-obatan, tetapi melalui konseling psikologis.

Pendidikan

Menurut Bagus, untuk membangun pribadi yang tangguh dibutuhkan proses pendidikan yang baik. Pendidikan yang mencerahkan dan tanpa tekanan, keteladanan, hingga sistem komunikasi kepada mereka yang tak bisa menenggang perbedaan untuk menata ulang struktur keyakinannya.

Pendidikan dalam keluarga akan memengaruhi cara pandang seseorang, Mereka yang terbiasa mendapat didikan keras, baik fisik maupun emosi, cenderung menjadi pribadi yang keras dan berpikiran monolistik.

Pendidikan yang bersifat dogmatif tanpa mengenalkan proses memberi alasan (reasoning) atas setiap yang dilakukan cenderung membuat orang menjadi tertutup dengan pendapat lain. Ketidakmampuan memberi alasan itu membuat nalar seseorang tidak berjalan dan emosinya menguat. ”Saat emosi menguat, logikanya beku dan melemah,” kata Bagus.

Komunikasi harus dilakukan dengan seimbang tanpa tekanan. Tekanan yang dilakukan kepada mereka yang memiliki struktur keyakinan keras justru akan semakin menguatkan struktur keyakinan mereka. Hal itu bahkan bisa memunculkan simpati dan dukungan dari mereka yang sebelumnya justru menolak struktur keyakinan yang keras.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com