Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ulat Bulu Tidak Bermigrasi

Kompas.com - 18/04/2011, 06:03 WIB

Jakarta, Kompas - Ledakan populasi ulat bulu, khususnya di Probolinggo, Jawa Timur, tidak disebabkan migrasi dari kawasan lain. Kajian peneliti dan akademisi, ulat bulu di berbagai wilayah di Pulau Jawa spesies Arctornis riguata dengan imago atau stadia kupu-kupu malam warna putih.

”Ledakan ulat bulu itu dari spesies lokal, bukan migrasi. Penyebab ledakan populasinya sangat kompleks,” kata Hari Sutrisno, peneliti pada Pusat Penelitian Biologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Minggu (17/4) di Pandaan, Jawa Timur, ketika dihubungi dari Jakarta.

Hari mewakili LIPI meriset ledakan populasi ulat bulu bekerja sama dengan Universitas Gadjah Mada, Universitas Jember, Laboratorium Pengamatan Hama Penyakit Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Jawa Timur, serta beberapa dinas dari pemerintah kota/kabupaten yang mengalami ledakan populasi ulat bulu.

Paling fenomenal

Spesies ulat bulu lain yang mengalami ledakan populasi adalah Lymantria beatrix, Sphrageidus virguncula, dan Orgya postica. Semua masuk famili Lymantriidae. Pada dasarnya ledakan populasi ulat bulu itu tak mematikan tumbuhan inang.

Menurut Hari, ledakan populasi ulat bulu paling fenomenal adalah di Probolinggo karena paling masif. Hasil penelusurannya, inang utamanya tanaman suku mangga-manggaan.

Tanaman mangga-manggaan ditemui mulai dari ketinggian 50 meter di atas permukaan laut (mdpl) hingga 900 mdpl dari Probolinggo hingga Gunung Bromo dan Gunung Tengger. Budi daya mangga yang tergolong monokultur ditengarai salah satu penyebab ledakan populasi ulat bulu.

Penyebab lain, musuh alami, seperti lebah tabuhan, semut rangrang, atau kepik yang tidak siap mengimbangi jumlah populasi ulat bulu. Predator kupu-kupu malam (ngengat) yang berkurang, di antaranya burung jalak-jalakan, kutilang, dan kelelawar.

Keanekaragaman hayati juga terganggu pola monokultur. Menurut ahli ekologi tumbuhan LIPI yang juga menjadi Kepala Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor, Mustaid Siregar, para ahli tumbuhan LIPI siap membantu pemerintah daerah memulihkan ekosistem.

”Hutan yang masih tersisa harus diselamatkan. Setidaknya, setiap pemerintah daerah dapat membuat kebun raya untuk mengoleksi setiap jenis tanaman asli,” kata Mustaid.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com