Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Yudi Latif: Bung Karno Penemu Pancasila

Kompas.com - 11/04/2011, 12:46 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua MPR Taufik Kiemas mengapresiasi upaya Yudi Latif menjelaskan secara ilmiah akademis bahwa Bung Karno adalah yang mencetuskan Pancasila pada 1 Juni 1945.

"Kami di sini (MPR/DPR) masih berdebat tentang asal-usul Pancasila, tetapi Yudi Latif telah menjelaskan secara ilmiah tentang asal-usul Pancasila," tutur Taufik ketika memberi sambutan pada peluncuran buku "Negara Paripurna, Historisitas, Rasionalitas, dan Aktualitas Pancasila". Buku setebal 698 halaman ini diterbitkan Gramedia Pustaka Utama (GPU), diluncurkan di Ruang Nusantara V DPR RI Jakarta, Senin (11/4/2011).

Romo Franz Magnis-Suseno menyebut buku ini sebagai melawan dua ancaman terhadap kelangsungan bangsa Indoneisan yaitu oportunisme dan kepicikan. Oportunisme yang menggunakan kebangsaan hanya sebagi alat untuk maju sendiri, sementara kepicikan mengancam karena dilakukan untuk memaksakan kehendak kelompok.

Yudi Latif sendiri mengatakan, menggali kembali Pancasila melalui buku yang ditulis selama dua tahun ini adalah upaya menemukan kembali akar jati diri bangsaan tidak ada satu pun negara yang dapat maju kecuali bangsa yang dapat menemukan kembali jati dirinya dengan menggali kembali akar-akar sejarah bangsanya. Itu diperlihatkan melalui pengalaman antara lain oleh bangsa Eropa yang menemukan akarnya pada perdebatan filsuf semasa Yunani Kuno, juga India melalui kerja besar "Rewriting India" pada akhir 1979 pascakolonialisme Inggris, dan Jepang dengan restorasi Meiji.

Selain Magnis-Suseno, pembahas lain adalah Kwik Kian Gie, Dawam Rahardjo, Masdar F Mas'udi, dan Taufik Abdullah. Anggot DPR Eva Sundari menjadi moderator.

Dawan Rahardjo yang diminta membahas buku ini mewakili pemikir muslim, menyebut buku yang ditulis Yudi Latif memantapkan bahwa Pancasila adalah milik bersama bangsa Indonesia melalui pengalaman bersama bangsa Indonesia. Pancasila lahir melalui perjalanan sejarah Indonesia dan pengalaman berabad-abad sebagai bangsa. Bung Karno juga menggali dari pengalaman dan sejarah bangsa Indonesia selain dari pemikiran teman-temannya. Peran Bung Karno besar jasanya dalam merumuskan Pancasila pada 1 Juni 1945.

Aktualitas buku ini menjawab ketegangan yang selalu terjadi dalam hubungan negara dan agama. Tandanya masih ada paksaan terhadap keyakinan beragama dan kekerasan menyangkut keyakinan beragama.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Jokowi Resmikan Program Pendidikan Dokter Spesialis Berbasis Rumah Sakit

    Jokowi Resmikan Program Pendidikan Dokter Spesialis Berbasis Rumah Sakit

    Nasional
    Bawaslu Papua Tengah Telat Masuk Sidang dan Tak Dapat Kursi, Hakim MK: Kalau Kurang, Bisa Dipangku

    Bawaslu Papua Tengah Telat Masuk Sidang dan Tak Dapat Kursi, Hakim MK: Kalau Kurang, Bisa Dipangku

    Nasional
    Sengketa Pileg di Papua Tengah, MK Soroti KPU Tak Bawa Bukti Hasil Noken

    Sengketa Pileg di Papua Tengah, MK Soroti KPU Tak Bawa Bukti Hasil Noken

    Nasional
    Dilema Prabowo Membawa Orang 'Toxic'

    Dilema Prabowo Membawa Orang "Toxic"

    Nasional
    Gibran Ingin Konsultasi soal Kabinet ke Megawati, Pengamat: Harus Koordinasi dengan Prabowo

    Gibran Ingin Konsultasi soal Kabinet ke Megawati, Pengamat: Harus Koordinasi dengan Prabowo

    Nasional
    Soal Kabinet Prabowo-Gibran, Pengamat Ingatkan Bukan Sekadar Bagi-bagi Kekuasaan

    Soal Kabinet Prabowo-Gibran, Pengamat Ingatkan Bukan Sekadar Bagi-bagi Kekuasaan

    Nasional
    Sidang Perdana Praperadilan Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor Digelar Hari Ini

    Sidang Perdana Praperadilan Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor Digelar Hari Ini

    Nasional
    Menakar Siapa Orang 'Toxic' yang Dimaksud Luhut, Lebih Relevan ke Kubu 01?

    Menakar Siapa Orang "Toxic" yang Dimaksud Luhut, Lebih Relevan ke Kubu 01?

    Nasional
    Niat Gibran Ingin Konsultasi dengan Megawati soal Kabinet Dimentahkan PDI-P

    Niat Gibran Ingin Konsultasi dengan Megawati soal Kabinet Dimentahkan PDI-P

    Nasional
    SBY Doakan dan Dukung Prabowo Sukses Jaga Keutuhan NKRI sampai Tegakkan Keadilan

    SBY Doakan dan Dukung Prabowo Sukses Jaga Keutuhan NKRI sampai Tegakkan Keadilan

    Nasional
    'Presidential Club', 'Cancel Culture', dan Pengalaman Global

    "Presidential Club", "Cancel Culture", dan Pengalaman Global

    Nasional
    Hari Ini, Hakim Agung Gazalba Saleh Mulai Diadili dalam Kasus Gratifikasi dan TPPU

    Hari Ini, Hakim Agung Gazalba Saleh Mulai Diadili dalam Kasus Gratifikasi dan TPPU

    Nasional
    Respons Partai Pendukung Prabowo Usai Luhut Pesan Tak Bawa Orang 'Toxic' ke Dalam Pemerintahan

    Respons Partai Pendukung Prabowo Usai Luhut Pesan Tak Bawa Orang "Toxic" ke Dalam Pemerintahan

    Nasional
    Bongkar Dugaan Pemerasan oleh SYL, KPK Hadirkan Pejabat Rumah Tangga Kementan

    Bongkar Dugaan Pemerasan oleh SYL, KPK Hadirkan Pejabat Rumah Tangga Kementan

    Nasional
    Soal Maju Pilkada DKI 2024, Anies: Semua Panggilan Tugas Selalu Dipertimbangkan Serius

    Soal Maju Pilkada DKI 2024, Anies: Semua Panggilan Tugas Selalu Dipertimbangkan Serius

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com