Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Presiden Minta DPR Tunda Bangun Gedung

Kompas.com - 07/04/2011, 14:05 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono meminta agar rencana pembangunan gedung DPR RI baru yang memakan anggaran sebesar Rp 1,2 triliun dibatalkan. Hal ini sejalan dengan Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 2011 yang diterbitkan pada 15 Maret 2011.

Pada Inpres tersebut, Presiden menginstruksikan pimpinan kementerian dan lembaga negara nonkementerian agar melakukan penghematan secara konkret melalui pembatasan perjalanan dinas, penyelenggaraan workshop/seminar, pengadaan kendaraan dinas, pembatasan pembangunan gedung-gedung kantor, rumah dinas, baik di tingkat pusat maupun di daerah.

"Saya menginstruksikan setelah dilakukan pengecekan rencana pembangunan gedung dan fasilitas yang tidak memenuhi ketentuan yang dikeluarkan, bahkan dalam bahasa saya, tidak memenuhi standar kepatutan, agar ditunda dulu, untuk dilakukan revisi penyesuaian. Bahkan barangkali kalau memang tidak sangat diperlukan bisa ditunda dan dibatalkan," kata Presiden seusai menggelar rapat kabinet terbatas yang membahas soal optimasi anggaran di Kantor Presiden, Jakarta, Kamis (7/4/2011).

Terkait optimasi anggaran, Presiden berharap DPR RI memiliki pandangan yang sama dengan pemerintah. Presiden mengakui, dirinya memahami adanya keperluan untuk membangun gedung dan perkantoran baik.

"Namun, sekali lagi, demi semangat optimasi dan efisiensi, saya persilakam untuk dilihat lagi apakah masih ada yang bisa diefisienkan atau diadaptasi," katanya.

Presiden mengatakan, berdasarkan catatannya, pembangunan gedung baru DPR menempati posisi paling atas dalam hal besaran anggaran di tahun 2011. Hal ini diikuti oleh pembangunan gedung yang diusulkan MA, Kementerian Keuangan, DPD, BPK, Kejaksaan Agung, Badan Pusat Statistik, Kementerian Pendidikan Nasional, Komisi Pengawasan Persaingan Usaha, dan Kementerian Kesehatan.

Pada kesempatan tersebut, Presiden juga mengatakan, pada APBN 2011, pemerintah berhasil melakukan penghematan sebesar Rp 16,8 triliun. Selanjutnya, pemerintah akan melakukan rapat dengan DPR guna membahas penggunaan Rp 16,8 triliun tersebut.

"Dana tersebut dapat dialihkan untuk pembangunan infrastruktur atau pos-pos produktif atau menambah anggaran program pengurangan kemiskinan dan sebagian lainnya dijadikan dana cadangan untuk jaga-jaga melihat harga minyak bumi dan pangan pada tingkat dunia," kata Presiden.

Pada siang ini, Pimpinan DPR dan Pimpinan Fraksi juga dijadwalkan akan menggelar rapat konsultasi untuk menentukan kelanjutan rencana pembangunan gedung baru DPR. Tak hanya dari kalangan di luar Dewan, sejumlah fraksi juga sudah menyatakan menolak pembangunan gedung yang menelan anggaran Rp1,138 triliun ini.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Usul Prabowo Tambah Kementerian Diharap Bukan Politik Akomodatif

    Usul Prabowo Tambah Kementerian Diharap Bukan Politik Akomodatif

    Nasional
    Pakar Ungkap 'Gerilya' Wacana Tambah Kementerian Cukup Gencar

    Pakar Ungkap "Gerilya" Wacana Tambah Kementerian Cukup Gencar

    Nasional
    Daftar Kepala BIN dari Masa ke Masa, Zulkifli Lubis hingga Budi Gunawan

    Daftar Kepala BIN dari Masa ke Masa, Zulkifli Lubis hingga Budi Gunawan

    Nasional
    Gelar Halalbihalal, MUI Gaungkan Pesan Kemanusiaan untuk Korban Genosida di Gaza

    Gelar Halalbihalal, MUI Gaungkan Pesan Kemanusiaan untuk Korban Genosida di Gaza

    Nasional
    Perjalanan BIN 6 Kali Berganti Nama, dari Brani hingga Bakin

    Perjalanan BIN 6 Kali Berganti Nama, dari Brani hingga Bakin

    Nasional
    'Prabowo Banyak Dikritik jika Tambah Kementerian, Baiknya Jaga Kebatinan Rakyat yang Sedang Sulit'

    "Prabowo Banyak Dikritik jika Tambah Kementerian, Baiknya Jaga Kebatinan Rakyat yang Sedang Sulit"

    Nasional
    Pengamat Nilai Putusan MK Terkait Sengketa Pilpres Jadi Motivasi Kandidat Pilkada Berbuat Curang

    Pengamat Nilai Putusan MK Terkait Sengketa Pilpres Jadi Motivasi Kandidat Pilkada Berbuat Curang

    Nasional
    PPP Papua Tengah Klaim Pegang Bukti Kehilangan 190.000 Suara pada Pileg 2024

    PPP Papua Tengah Klaim Pegang Bukti Kehilangan 190.000 Suara pada Pileg 2024

    Nasional
    Koarmada II Kerahkan 9 Kapal Perang untuk Latihan Operasi Laut Gabungan 2024, Termasuk KRI Alugoro

    Koarmada II Kerahkan 9 Kapal Perang untuk Latihan Operasi Laut Gabungan 2024, Termasuk KRI Alugoro

    Nasional
    Kandidat Versus Kotak Kosong pada Pilkada 2024 Diperkirakan Bertambah

    Kandidat Versus Kotak Kosong pada Pilkada 2024 Diperkirakan Bertambah

    Nasional
    Rencana Prabowo Bentuk 41 Kementerian Dinilai Pemborosan Uang Negara

    Rencana Prabowo Bentuk 41 Kementerian Dinilai Pemborosan Uang Negara

    Nasional
    Di MIKTA Speakers’ Consultation Ke-10, Puan Suarakan Urgensi Gencatan Senjata di Gaza

    Di MIKTA Speakers’ Consultation Ke-10, Puan Suarakan Urgensi Gencatan Senjata di Gaza

    Nasional
    KPK Sebut Kasus Gus Muhdlor Lambat Karena OTT Tidak Sempurna

    KPK Sebut Kasus Gus Muhdlor Lambat Karena OTT Tidak Sempurna

    Nasional
    TNI AL Ketambahan 2 Kapal Patroli Cepat, KRI Butana-878 dan KRI Selar-879

    TNI AL Ketambahan 2 Kapal Patroli Cepat, KRI Butana-878 dan KRI Selar-879

    Nasional
    Sejarah BIN yang Hari Ini Genap Berusia 78 Tahun

    Sejarah BIN yang Hari Ini Genap Berusia 78 Tahun

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com